Minggu, 08 Mei 2016

MEDIA DAKWAH DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM "AMANU" Istana Kuin Bandarmasih, Kota Banjarmasin Kal-Sel Kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan Pertama MASYARAKAT AGAMIS CINTA DAMAI PRINSIP KETAULADANAN NABI MUHAMMAD SAW OLEH: DR. KH. AHMADI H. SYUKRAN NAFIS, MM Pendahuluan السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدّنيا والدّين. والصّلاة والسّلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وأصحابه أجمعين. اشهدأن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له ألملك الحق المبين. وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله صادق الوعدالأمين. اللهمّ صلىّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمد وعلى ال سيّدنا محمّد وعن كلّ صحابة رسول الله أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أمّا بعد . Yang Mulia; Para Alim Ulama, umara, guru-guru agama, ustadz- ustadzah,bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara-saudaraku, anak-anaknda, cucu-cucunda; para santri, pelajar, mahasiswa dan generasi muda serta muslimin dan muslimat yang berbahagia. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadhirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian. Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga beliau, dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Dalam kesempatan ini saya mengajak kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya serta melaksanakan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya dan berakhlak mulia. Pada tahun 1470 M Islam masuk ke wilayah Kerajaan Banjar yang pada awalnya masyarakatnya beragama Hindu, namun Sultan Suriansyah yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sultan Suriansyah memeluk agama Islam bersama seluruh rakyatnya, memenuhi janjinya kepada Kerajaan Demak yang memberikan bantuan dalam peperangan melawan kerajaan hindu di Kalsel, yang berakhir melawan Kerajaan Daha yang dipimpin oleh pamannya sendiri yang kemudian menyerahkan Mahkota Raja kepada Pangeran Sultan Suriansyah. Mengenal Istana Kuin Bandarmasih, Kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan Yang Pertama Istana Kuin Bandarmasih adalah Kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan yang pertama, merupakan Kesultanan Islam Banjar pertama di Pulau Kalimantan, yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Kesultanan Banjar berdiri pada tahun 1595 Masehi, dengan penguasa pertama Sultan Suriansyah. Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470 M, bersamaan dengan melemahnya Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa. ( Tim, 2005, Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Halaman 25 ). Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat dari bangunan Masjid di Desa (kampung) Kuin, Kota Banjarmasin, yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah. ( Ibid., Ensiklopedi Islam, hal 25 ). Kesultanan Banjar ini pada awalnya bernama Daha, sebuah Kerajaan Hindu yang berubah menjadi Kesultanan Islam. ( Ibid., Ensiklopedi Islam, hal 25 ). Penyebaran Islam secara luas dilakukan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang menjadi Mufti Besar Kalimantan. Kesultanan Banjar mengalami kemunduran dengan terjadinya pergolakan masyarakat yang menentang pengangkatan Pangeran Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan oleh Belanda. ( Ibid., Ensiklopedi Islam, hal 25 ) Pada tahun 1859-1905, terjadi Perang Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Antasari (1809-1862) melawan Belanda. Akibat dari perang ini, Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar pada tahun 1860. ( Ibid., Ensiklopedi Islam, hal 25 ). Dikenal Sebagai Masyarakat Agamis Yang Cinta Damai Seluruh rakyat Kerajaan Banjar Kalimantan Selatan memeluk agama Islam pada tahun 1595 yang ditandai dengan berdirinya Kesultanan Banjar, dengan penguasa pertama Raja Banjar, Sultan Suriansyah yang berkedudukan di Istana Kuin Bandarmasih, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang pada zaman penjajahan Belanda merupakan Ibukota Kalimantan (Pulau Borneo). Meskipun Raja Banjar, Sultan Suriansyah masuk Islam bersama semua rakyatnya, di Istana Kuin Bandarmasih, sebagai Kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan yang pertama, yang merupakan Kesultanan Islam Banjar pertama di Pulau Kalimantan. Namun proses pengislaman berjalan secara damai, tidak dengan kekerasan dan tidak dengan perlakuan kasar kepada rakyatnya, sehingga masih memberikan toleransi terhadap kebiasaan dan budaya masyarakat sebagai kekayaan budaya bangsa yang masih hidup dan berkembang di tengah kehidupan masyarakat. Dan bila ada yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka oleh para ulama dan guru-guru agama diisi kegiatan di dalamnya dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang sesuai dengan ajaran Islam yang benar, sehingga dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an : ”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab [x] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” Q.S. Ali Imran (03) : 19 [x] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran. Dalam ayat al-Qur’an yang lain Allah SWT berfirman : ”Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ” Q.S. Ali Imran (03) : 85 Mengutamakan Persaudaraan dan Kerukunan Masyarakat muslim Kalimantan Selatan, sejak awal masuknya Islam ke wilayah ini tahun 1470 M dan sejak berdirinya Kesultanan Banjar pada tahun 1595 Masehi dengan penguasa pertama Sultan Suriansyah yang masuk Islam bersama semua rakyatnya di Istana Kuin Bandarmasih, yang merupakan Kesultanan Islam Banjar pertama di Pulau Kalimantan, sampai saat ini masih memegang prinsip-prinsip mengutamakan persaudaraan dan kerukunan, baik sesama umat Islam maupun dengan umat non muslim. Hal ini, ternyata sejalan dengan ketauladanan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi kaum non muslim atau kafir Qurais dalam menyebarkan agama Islam di Kota Mekkah dan Kota Madinah., dalam berdakwah dan mengatur tatanan kehidupan masyarakat dilakukan beliau secara damai, dengan mengutamakan persaudaraan dan kerukunan umat beragama. Meskipun Nabi Muhammad SAW memberikan penekanan bahwasanya, hanya agama Islam lah yang diterima oleh Allah SWT. Namun Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah tidak memaksakan, tidak dengan kekerasan, tidak radikal, dan tidak dengan membunuh orang lain yang tidak seagama kecuali kalau mereka memerangi. Hal ini terbukti sewaktu Nabi Muhammad SAW berkuasa memimpin Kota Madinah, telah tercipta kerukunan dan kedamaian baik sesama muslim maupun dengan non muslim dengan dibuatnya kesepakatan bersama yang disebut “Piagam Madinah”. Demikian pula ketika pembukaan Kota Mekkah, ketika itu Nabi Muhammad SAW bersama pasukannya dari Kota Madinah berhasil menaklukkan Kota Mekkah dengan damai, yang secara sepintas dalam benak pemikiran orang awam, seyogyanya Nabi Muhammad SAW dan pasukannya membunuh semua umat Non Muslim yang ada di Kota Mekkah waktu itu kalau beliau dendam atas perlakuan mereka yang berusaha membunuh Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya sehingga berhijrah ke Madinah, namun Nabi Muhammad SAW tidak melakukan pembalasan. Bahkan beliau menegaskan, umat non muslim yang ada di Kota Mekkah aman, dan mempersilahkan mereka berkumpul ke rumah Abu Sofyan. Siapa yang berada di rumah tokoh mereka non muslim yang bernama Abu Sofyan dijamin keamanannya. Sungguh luar biasa ketauladanan Nabi Muhammad SAW. Bagaimana ketauladanan prilaku Nabi Muhammad SAW yang lemah lembut diabadikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an. Allah SWT berfirman: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu (Muhammad SAW) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu (Muhammad) bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [x]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” .Q.S. Ali Imran/3: 159 [x] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya. Dalam ayat al-Qur’an yang lain Allah SWT berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [x] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Q.S. An-Nahl/16: 125 [x] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Atau dalam arti; secara bijaksana. Islam ‘rahmatan lil ‘alamin’ Nilai-nilai ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang membawa ajaran Islam dengan prinsif rahmatan lil ‘alamin, yakni memberi rahmat kepada sekalian alam, menjadikan masyarakat di Kerajaan Banjar Kalimantan Selatan yang berpusat di Istana Kuin Bandarmasih, Kota Banjarmasin, menjadi masyarakat yang senang rukun dan damai, penuh toleransi, senang gotong royong dan kebersamaan, senang berkumpul, berkelompok dan mengadakan kegiatan-kegiatan pertemuan, kelompok kerukunan warga, atau kerakatan warga, dan lain-lain. Sehingga muncul istilah-istilah yang menjadi motto warga masyarakat, seperti Kayuh Baimbai (artinya mengayuh bersama, maksudnya kerja bersama-sama, atau gotong royong), Gawi Sabumi (Artinya, kerja satu bumi, kerjasama atau gotong royong satu kampung) , Bararakatan, ba-akur-akuran (maksudnya; rukun-rukun saja), Jangan bacakut papadaan (Maksudnya: jangan berkelahi atau berselisih dengan saudara sendiri). Hal ini tentunya sejalan dengan ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umatnya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, dan tidak tolong menolong dalam kejahatan dan dosa. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” Q.S. Al-Maidah/5: 2 Dalam ayat al-Qur’an yang lain Allah SWT berfirman: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Q.S. Al-Anbiya (21): 107. Akhlak Mulia Nilai-nilai ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang membawa ajaran Islam dengan prinsip akhlak mulia, yakni berkarakter mulia dan berbudi pekerti yang luhur, menjadikan masyarakat di Kerajaan Banjar Kalimantan Selatan yang berpusat di Istana Kuin Bandarmasih, Kota Banjarmasin, menjadi masyarakat berprilaku saling menghormati, menghormati yang tua yang ditandai mencium tangan guru atau orang yang lebih tua saat berjabat tangan, saling menghargai, ramah, lemah lembut, saling tegur, sapa dan murah senyum, saling memberi pada tetangga, dan lain-lain. Hal ini tentunya sejalan dengan ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umatnya untuk berakhlak yang baik. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Q.S. al-Ahzab/33: 21 Nabi Muhammad SAW bersabda: [ Inamaa bu-its-tu li utammimaa makaarimal akhlak ] Hanya saja aku di utus ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. (HR. Bukhari). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari St. Aisyah r.a dari Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Sesungguhnya dengan akhlak yang baik seseorang akan mendapatkan derajat orang yang berpuasa di siang hari dan shalat di malam harinya”. St. Aisyah r.a isteri Nabi Muhammad SAW ketika menjawab pertanyaan sahabat, mengatakan: “Akhlaknya Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an”. Senang Bekerja dan Beribadah Nilai-nilai ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang membawa ajaran Islam dengan prinsif akhlak mulia, yakni berkarakter mulia dan berbudi pekerti yang luhur, menjadikan masyarakat di Kerajaan Banjar Kalimantan Selatan yang berpusat di Istana Kuin Bandarmasih, Kota Banjarmasin, menjadi masyarakat yang senang bekerja dan beribadah. Oleh karena itu, di luar Kalsel misalnya di Pulau Jawa, warga Banjar dikenal sebagai orang yang gemar beribadah, senang mengaji Al-Qur’an dan mengisi masjid-masjid untuk shalat berjamaah. Disamping itu, karena senang bekerja keras, berdagang atau berusaha, maka warga Banjar yang berada di Pulau Jawa, dikenal sebagai orang yang kaya. Hal ini tentunya sejalan dengan ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umatnya untuk giat bekerja untuk kesejahteraan hidup di dunia dan dengan tanpa melupakan giat beribadah untuk kebahagiaan di akhirat. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an: ”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Q.S. al-Qasas/28 : 77. Dalam sebuah hadist riwayat Ibnu Asakir tentang keseimbangan hidup didunia dan akhirat sebagai berikut: "Dari Anas ra, bahwasannya Rasulullah Saw. telah bersabda, "Bukanlah yang terbaik diantara kamu orang yang meninggalkan urusan dunianya karena (mengejar) urusan akhiratnya, dan bukan pula (orang yang terbaik) orang yang meninggalkan akhiratnya karena mengejar urusan dunianya, sehingga ia memperoleh kedua-duanya, karena dunia itu adalah (perantara) yang menyampaikan ke akhirat, dan janganlah kamu menjadi beban orang lain." Jujur dan Amanah Nilai-nilai ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang membawa ajaran Islam dengan prinsif akhlak mulia, yakni berkarakter mulia dan berbudi pekerti yang luhur, menjadikan masyarakat di Kerajaan Banjar Kalimantan Selatan yang berpusat di Istana Kuin Bandarmasih, Kota Banjarmasin, menjadi masyarakat yang senang dengan kejujuran dan amanah. Hal ini tentunya sejalan dengan ketauladanan Nabi Muhammad SAW yang berperilaku jujur dan amanah. Bahkan Nabi Muhammad SAW dikenal oleh seluruh jajirah Arab sebagai anak yang jujur sejak kecilnya, sehingga Nabi Muhammad SAW diberi gelar “al-Amin” yakni orang yang dapat dipercaya. Bahkan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW agar dalam pergaulan memilih teman orang yang jujur, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah A-t-Taubah (9): 119 sebagai berikut : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” Q.S. At-Taubah (9): 119 Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa (4): 58 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Q.S. An-Nisa (4): 58 Para ulama, ustadz-ustadzah dan guru-guru agama selalu menekankan sifat wajib bagi Nabi Muhammad SAW yang ditiru dan tauladani oleh masyarakat, khususnya masyarakat Banjar yang terkenal sebagai masyarakat agamis. Yaitu; 1. Karakter atau perilaku jujur, dalam bahasa Arab disebut Siddiq berarti; jujur. Para ulama biasanya juga menyertakan dalam arti; berprilaku benar. Sehingga diartikan; jujur dan benar. 2. Karakter dapat dipercaya, bahasa Arab disebut amanah (berarti; yang harus ditepati) 3. Karakter menyampaikan, dalam bahasa Arab disebut tabligh, bagi kita umat Islam biasanya memberikan makna sebagai kewajiban Nabi Muhammad SAW menyampaikan wahyu. Namun para ulama juga mengartikan dalam pengertian luas, yakni disamping menyampaikan ajaran agama atau wahyu Allah SWT juga dalam pengertian; menyampaikan kebenaran. 4. Sifat atau adanya karakter cerdik, dalam bahasa Arab disebut fathonah berarti cerdik. Para ulama biasanya juga menyertakan dalam arti; berprilaku cerdas dan kepintaran atau ilmu yang luas, sehingga mendorong untuk berfikir dan merenungkan ayat-ayat Allah SWT. Nabi Muhammad SAW Dimuliakan Allah SWT. Nabi Muhammad SAW tidak hanya dipuji oleh manusia, melainkan juga dimuliakan oleh Allah SWT dan para Malaikat, dengan bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi [x]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya [xx].” Q.S. al-Ahzab/33: 56 [x] Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan: Allahuma shalli ala Muhammad. [xx] Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya, maksudnya; Dengan mengucapkan perkataan seperti Assalamu'alaika ayyuhan Nabi, yang artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi SAW. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an “Bukankah Kami (Allah SWT) telah melapangkan untukmu (Muhammad SAW) dadamu?” Q.S. Alam Nasyrah (94): 1 ”Dan Kami (Allah SWT) telah menghilangkan daripadamu (Muhammad SAW) bebanmu.” Q.S.Alam Nasyrah (94): 2 ”Yang memberatkan punggungmu?” Q.S.Alam Nasyrah (94): 3 ”Dan Kami (Allah SWT) tinggikan bagimu (Muhammad SAW) sebutan (nama) mu.” Q.S.Alam Nasyrah (94): 4 Allah SWT meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW, sehingga Nabi Besar Muhammad SAW berhasil membawa risalah kerasulannya selama 23 tahun, atau sekitar 22 tahun, 22 bulan, dan 22 hari. Allah SWT meninggikan nama Nabi Besar Muhammad SAW. Menurut ahli tafsir, menjelaskan maksud dari ayat ini adalah; bahwa Allah SWT meninggikan derajat Muhammad Rasulullah SAW, dan mengikutkan nama Muhammad Rasulullah SAW dengan nama Allah SWT dalam kalimat syahadat; Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah - Wa asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. Demikian pula Allah meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW adalah juga dengan menjadikan taat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai termasuk taat kepada Allah SWT. Dan banyak lagi kemuliaan-kemuliaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kekasih-Nya Muhammad SAW. Yakni dengan melaksanakan ajaran Islam yang benar dan Islam yang murni, agama Islam yang dibawa oleh Malaikat Jibril kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW yang disampaikan para sahabat dan keluarga, tabi’in, Tabi’it tabi’in, para wali-wali Allah, alim ulama, tuan guru, kyai, ustadz-ustadzah, guru-guru agama hingga sampai kepada kita. Yaitu, ajaran Islam yang menganut paham Ahlus Sunnah Waljamaah dan menurut salah satu dari mazhab empat, yaitu Imam Abu Hanifah (Mazhab Hanafi), Imam Malik (Mazhab Maliki), Imam Syafi’I (Mazhab Syafi’i), dan Imam Ahmad bin Hanbal (Mazhab Hanbali). Dan bagi masyarakat Kalsel khususnya, mayoritas mengikuti paham Imam Syafi’i. Inilah juga yang diikuti umat Islam dan organisasi keaagamaan Islam di Indonesia serta sebagian besar umat Islam dunia. Agar umat kita terhindar dari ajaran dan aliran sesat, yang saat ini mulai menggeliat, menanti kelengahan umat, baik dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bermasyarakat. Nabi Muhammad SAW, bersabda : ''Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad di tangan-Nya, akan berpecah umatku sebanyak 73 firqah, satu masuk syurga dan yang lainnya masuk neraka''. Sahabat bertanya, ''Siapakah firqah itu Ya Rasulullah ?'' Nabi saw. menjawab, ''Ahlus sunnah wal jama'ah''. (HR. Imam Thabrani). Sebagai pedoman bagi masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama Islam yang benar, yakni Islam Ahlus Sunnah Waljamaah, maka pada zaman Kerajaan Islam Banjar mendukung diterbitkannya Kitab ”Sabilal Muhtadin” bermazhab Imam Syafi’i karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang menjadi Mufti Besar Kalimantan, Kesultanan Banjar. Yang mana kitab ini juga menjadi pegangan umat Islam di Malaysia, Thailan dan negara lainnya di dunia. Sebagai Umat Nabi Muhammad SAW., Berusaha Mencapai Derajat Yang Tinggi Allah SWT juga meninggikan derajat umat Nabi Muhammad SAW. Banyak perintah dan anjuran dalam agama Islam agar umat Nabi Muhammad SAW dapat mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Karenanya, bagi masyarakat Banjar Kalimantan Selatan baik yang berada di daerah Kalsel maupun yang berada di luar Kalsel selalu menjunjung tinggi ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., gemar menghidupkan sunah-sunah Rasulullah SAW dan syiar Islam,serta gemar beribadah dan gemar mendirikan tempat-tempat ibadah dan memakmurkan rumah-rumah Allah SWT., gemar menghadiri pengajian-pengajian, majelis taklim, majelis dzikir dan salawat, menuntut ilmu agama serta menghormati para ulama, tuan guru,kyai, ustadz-ustadzah, guru-guru agama. Dalam sebuah hadits yang masyhur bagi masyarakat Kalsel bahwasanya, Rasulullah SAW bersabda: "Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di Surga". (HR at Tirmidzi) Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali-Imran/3: 31 “Katakanlah (Hai Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ali-Imran/3: 31. Kesimpulan Kerajaan diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh raja. Kerajaan Banjar adalah kerajaan terakhir yang pernah ada di daerah Kalimantan Selatan. Pusat Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah Banjarmasin). Sultan Suriansyah merupakan raja pertama dari Kerajaan Banjar dan raja pertama yang memeluk agama Islam. Pada waktu itu, agama Islam merupakan agama Negara dan menempatkan kedudukan para ulama pada tempat yang terhormat dalam Negara. Penutup Akhir kalam; Mohon maaf dan mohon ke-relaan-nya kepada semua pihak, atas hal-hal yang kurang berkenan dan atas partispasinya dalam penerbitan media ini. Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa kita, kedua orang tua kita dan guru-guru kita serta menerima semua amal ibadah kita. Amin. Terimakasih. وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Reference Kementerian Agama RI., 2011, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Dirjen Bimas Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia Kementerian Agama RI., 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Dirjen Bimas Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, PT. Senergi Pustaka Indonesia Jalaluddin Al-Mahalli, Jalaluddin As-Sayuti, Penterj: Bahrun Abu Bakar,Lc., 2013, Tafsir Jalain, Bandung, Sinar Baru Algesindo Bukhari, Imam, Pengarang Kitab Hadits Shahih, Ringkasan hadts Shahih Imam. Bukhari, Program Sofyan Efendi (credit goes to him @ http://opi.110mb.com/). Tim, 2005, Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Houve. Tim, 2005, Ensiklopedi Al-Qur’an, Buku 1, Jakarta, PT. Kharisma Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar