MEDIA DAKWAH
DAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“AMANU“
“MUJAHADAH”
BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM BERIBADAH
OLEH:
DR. KH. AHMADI H. SYUKRAN NAFIS, MM
Pendahuluan
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدّنيا والدّين. والصّلاة والسّلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وأصحابه أجمعين. اشهدأن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له ألملك الحق المبين.
وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله صادق الوعدالأمين.
اللهمّ صلىّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمد وعلى ال سيّدنا محمّد وعن كلّ صحابة رسول الله أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أمّا بعد .
Yang Mulia; Para Alim Ulama, umara, guru-guru
agama, ustadz- ustadzah,bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara-saudaraku, anak-anaknda,
cucu-cucunda; para santri, pelajar, mahasiswa dan generasi muda serta muslimin
dan muslimat yang berbahagia.
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadhirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian.
Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga beliau,
dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan
ketetapan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Dan sebagai bukti kita ber-iman
dan bertakwa adalah dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan
Rasul-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
Mujahadah ibarat mendewasakan
anak. Anak akan tumbuh kembang dan menjadi dewasa jika terlebih dahulu disapih,
dibiasakan mandiri, dan dididik dengan sebaik-baiknya, termasuk dibiasakan
melihat kekurangan diri sendiri, agar tidak sibuk mengurusi aib orang lain.
Dengan mengetahui dan memahami mujahadah,
seorang Muslim tidak hanya menjaga dirinya agar tidak larut dalam perangkap
hawa nafsu dan godaan setan, tetapi juga mampu memberi rasa aman dan kedamaian
bagi orang lain.
Adalah
menjadi kewajiban setiap orang untuk merancang
dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik. Nabi Muhammad SAW mengingatkan
bahwa seorang akan merugi kalau hari esoknya sama saja dengan hari ini, bahkan
dia menjadi terkutuk jika hari ini lebih buruk dari kemarin. Seseorang baru
dikatakan bahagia, jika hari esok itu lebih baik dari hari ini.
Mujahadah, Bersungguh-Sungguh
Dalam Beribadah
Pada pembahasan kesempatan ini, kita membicarakan tentang pentingnya bagi umat
Islam untuk berprilaku “Mujahadah”, yakni bersungguh-sungguh dalam beribadah
kepada Allah SWT.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasakan bahwa kita sudah
melakukan ibadah, kita merasa telah melaksanakan kewajiban kita sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yakni menyembah kepada Tuhan Yang Menciptakan
kita, khususnya bagi umat Nabi Muhammad SAW adalah dengan melaksanakan shalat
lima waktu, namun kita juga merasakan betapa banyaknya kita lalai dan lupa
dalam memenuhi perintah Allah SWT., dan kita juga merasa banyak urusan-urusan
keduniaan yang kita kerjakan, sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan;
“Apakah selama ini kita sudah bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada
Allah SWT?
Apakah ibadah yang kita lakukan itu sungguh-sungguh dilandasi akidah,
tauhid, atau keimanan yang benar?
Apakah ibadah yang
kita lakukan itu sungguh-sungguh mengikuti perintah Allah SWT dan Rasulullah
SAW?
Apakah ibadah kita
itu dilakukan dengan niat yang benar, ikhlas karena Allah SWT., ikhlas hanya
mengharap keridhaan Allah SWT? dilaksanakan dengan ikhlas, hanya karena Allah
SWT?
Oleh karena itu,
sudah seharusnya kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW berusaha untuk
bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT:
ö@è%
$oYtRq_!$ysè?r&
Îû
«!$#
uqèdur
$uZ/u
öNà6/uur
!$oYs9ur
$oYè=»yJôãr&
öNä3s9ur
öNä3è=»yJôãr&
ß`øtwUur
¼çms9
tbqÝÁÎ=øèC
.
“Katakanlah:
"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, Padahal Dia adalah
Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan
hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati.”
Q.S. Al-Baqarah (2): 139.
Dalam
ayat ini Allah SWT secara tegas menekankan, tidak perlu ada perdebatan tentang
Tuhan Allah SWT. dan dalam pelaksanaan ibadah masing-masing umat tidak perlu
mempersoalkan atau membuat permusuhan, akan tetapi hiduplah damai; “Bagi kamu
silahkan menurut amalan (amaliyah/ ibadah) kamu, dan bagi kami menurut amalan
kami juga. Dan hanya kepada Allah SWT kami mengikhlaskan hati”.
Dari pengertian
ayat tersebut di atas, dapat kita ketahui dan pahami bersama bahwa dengan umat
non muslim sekalipun, kita dianjurkan untuk melaksanakan amalan (ibadah)
menurut amalan masing-masing, apalagi dengan sesama muslim-muslimat, jangan sampai
dengan berbeda amaliyah, berbeda cara beribadah, berbeda mazhab dalam tuntunan beribadah,
menjadikan umat Islam tercerai berai, saling meremehkan, merasa dirinya dan
golongannya saja yang paling benar, saling menyalahkan.
Akan tetapi, hendaknya
tetap dijaga dan dimantapkan rasa persaudaraan muslim (ukhuwah Islamiyah), dan
juga persaudaraan sebangsa dan se tanah air (ukhuwah wathoniyah), serta
persaudaraan sesama umat manusia (ukhuwah insaniyah/ basyariyah).
Hal yang terpenting
bukanlah memperdebatkannya, melainkan bagaimana melaksanakan amalan yang
diajarkan dalam ajaran agama yang kita peluk, dengan bersungguh-sungguh
beribadah, atau ber-mujahadah, dan ikhlas hanya karena Allah SWT. Sebagaimana
ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2): 139; “… Bagi
kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami
mengikhlaskan hati.”
Dengan
bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah SWT ini sekaligus merupakan upaya
menahan dan mengendalikan hawa nafsu yang lebih banyak cenderung kepada
kesenangan kehidupan dunia dan lupa pada kehidupan akhirat.
Dalam istilah
tasauf, kata mujahadah, diartikan adalah; Menekan keinginan dan nafsu
pribadinya. “Al-Mujahidu maa jahada nafs”.
Dalam sebuah hadits
Nabi Muhammad SAW menyatakan: “Kuasailah keinginanmu (nafsumu)”.
Seusai perang Badr,
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Kita telah meninggalkan jihad kecil, untuk
menuju jihad yang lebih besar”. [ Ruj’ana
minal jihadil asghar ilal jihadil akbar ]. (Khan Sahib Khaja Khan, BA, Tasawuf - Apa dan Bagaimana -- Daftar
Istilah Tasauf, Hal.213).
Oleh karenanya,
dengan ber-mujahadah, yakni bersungguh-sungguh dalam beribadah, hendaknya juga sekaligus
menahan hawa nafsu. Dan upaya menahan hawa nafsu ini, menurut ajaran Rasulullah
SAW, adalah termasuk jihad yang lebih besar dibandingkan dengan jihad lainnya.
Dalil Agar Bersungguh-sungguh Dalam Beribadah
Allah
SWT., memerintahkan kepada umat nabi Muhammad SAW untuk bersungguh-sungguh
dalam beribadah, yakni penuh dengan ketekunan sampai datang waktu ajal.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajr (15): 98-99
ôxÎm7|¡sù
ÏôJpt¿2
y7În/u
`ä.ur
z`ÏiB
tûïÏÉf»¡¡9$#
ÇÒÑÈ
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu
dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat).” Q.S. Al-Hajr
(15): 98.
Firman Allah SWT., dalam Surah Al
Ankabut [29] : 69
z`Ï%©!$#ur
(#rßyg»y_
$uZÏù
öNåk¨]tÏöks]s9
$uZn=ç7ß
4
¨bÎ)ur
©!$#
yìyJs9
tûüÏZÅ¡ósßJø9$#
ÇÏÒÈ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS.
al-’Ankabut [29] : 69).
Penjelasan :
Dan
orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami.
maksudnya, Mencurahkan segenap kemampuannya untuk menepis hawa nafsu, godaan setan dan ambisi-ambisi pribadi, serta melawan musuh-musuh agama. karena Allah semata.
maksudnya, Mencurahkan segenap kemampuannya untuk menepis hawa nafsu, godaan setan dan ambisi-ambisi pribadi, serta melawan musuh-musuh agama. karena Allah semata.
Jalan-jalan Kami
Maksudnya, Jalan-jalan yang bisa mendekatkan
kepada Allah dan mengantarkan pada surga-Nya. Jalan-jalan ini hanya bisa
ditempuh dengan amal-amal ketaatan dan kesungguhan dalam beribadah.
Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik
Maksudnya, Allah selalu menolong dan
menguatkan mental mereka.
==> Orang yang bersungguh-sungguh di
Jalan Allah tentulah orang yang berbuat baik.
Dalam
Surah
Al
Hijr [15] : 99 Allah
SWT., Firman:
ôç6ôã$#ur
y7/u
4Ó®Lym
y7uÏ?ù't
ÚúüÉ)uø9$#
ÇÒÒÈ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang
kepadamu yang diyakini (ajal).”(QS. al-Hijr [15] : 99)
.
الْيَقِينُ maksudnya sesuatu yang diyakini, intinya kematian yang
menjemput, kematian yang pasti terjadi (ajal).
==>Dalam
penjelasan ayat diatas, bahwasanya batas akhir dari mujahadah atau
bersungguh-sungguh di dalam beribadah yakni sampai ajal (sampai berakhirnya
hidup di dunia).
Allah
SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk bertasbih, mensucikan Allah SWT dari
segala sesuatu yang menyekutukannya, shalat, rukuk, sujud, banyak melakukan
ibadah, berbuat baik, dan mengekang hawa nafsu. Hal ini berlaku pula bagi kaum
muslimin sampai akhir hayat mereka. (Kemenag, 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya,
jilid,5, hal 275).
Makna Mujahadah
Mujahadah
yang berarti bersungguh hati melaksanakan ibadah dan teguh berkarya amal
shaleh, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang sekaligus
menjadi amanat serta tujuan diciptakannya manusia. Dengan
beribadah, manusia menjadikan dirinya ‘abdun (hamba) yang dituntut berbakti dan
mengabdi kepada Ma’bud (Allah Maha Menjadikan) sebagai konsekuensi manusia
sebagai hamba wajib berbakti (beribadah).
Mujahadah
merupakan sarana untuk menunjukkan ketaatan seorang hamba kepada Allah, sebagai
wujud keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Di antara perintah Allah SWT kepada
manusia adalah untuk selalu berdedikasi dan berkarya secara optimal. Hal
ini dijelaskan di dalam Al Qur’an Surat At Taubah ayat: 5, “Dan
katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu
apa-apa yang telah kamu kerjakan.”
Orang-orang
yang selalu bermujahadah merealisasikan keimanannya dengan beribadah dan
beramal shaleh dijanjikan akan mendapatkan petunjuk jalan kebenaran untuk
menuju (ridha) Allah SWT hidayah dan rusyda yang dijanjikan Allah diberikan
kepada yang terus bermujahadah dengan istiqamah. Kecerdasan dan kearifan
akan memandu dengan selalu ingat kepada Allah SWT, tidak terpukau oleh bujuk
rayu hawa nafsu dan syetan yang terus menggoda.
Situasi
batin dari orang-orang yang terus musyahadah (menyaksikan) keagungan Ilahi amat
tenang. Sehingga tak ada kewajiban yang diperintah dilalaikan dan tidak ada
larangan Allah yang dilanggar. Jiwa
yang memiliki rusyda terus hadir dengan khusyu’. Inilah sebenarnya yang disebut
mujahidin ‘ala nafsihi wa jawarihihi, yaitu orang yang selalu bersungguh dengan
nuraninya dan gerakannya.
Manakala
jiwa ditunggangi nafsu, wajib dikendalikan dengan kendali taqwa. Manakala jiwa
bersikeras ingkar kepada kehendak Tuhan, wajib dilunakkan dengan menolak keinginan
hawa nafsunya. Manakala jiwa bangkit
memberontak, wajib ditaklukkan dengan musyahadah dan istigfar. Sesungguhnya
bertahan dalam lapar (puasa) dan bangun malam di perempat malam (tahajjud),
adalah sesuatu yang mudah. Sedangkan
membina akhlak dan membersihkan jiwa dari sesuatu yang mengotorinya sangatlah
sulit. Mujahadah adalah suatu keniscayaan yang mesti diperbuat oleh siapa saja
yang ingin kebersihan jiwa serta kematangan iman dan taqwa.
Firman
Allah SWT, yang artinya:
“Dan
sesunggunya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu)
ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”.
(Q.S. Qaaf: 16-18).
Bagaimana
Kita Bermujahadah Atau
Bersungguh-Sungguh Dalam Beribadah?
Cara yang paling
mudah, bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam beribadah adalah mengikuti
sunnah Rasulullah SAW., yakni berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW
yang dibawa oleh para sahabat dan ulama serta guru-guru agama, ustadz-ustadzah
hingga sampai kepada kita yang hidup tidak se zaman dengan Rasulullah SAW.
Yakni, beribadah sungguh-sungguh, atau rajin beribadah untuk akhirat
seolah-olah kita akan mati besok hari, sebaliknya juga rajin bekerja atau tidak
malas bekerja untuk hidup di dunia seolah-olah kita akan hidup selamanya.
Adapun bagaimana
cara kita bermujahadah, yakni sesuai dengan petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an maupun
hadits Rasulullah SAW yang mememerintahkan dan menganjurkan agar bersungguh-sungguh
(tekun) dalam beribadah kepada Allah SWT .
1.
Berdzikir dan beribadah dengan tekun
Firman Allah SWT:
Ìä.ø$#ur
zNó$#
y7În/u
ö@Gu;s?ur
Ïmøs9Î)
WxÏFö;s?
ÇÑÈ
“Sebutlah
(berdzikir dengan) nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh
ketekunan.” Q.S. Al-Muzammil (73): 8.
2.
Beribadah ikhlas hanya karena Allah
SWT, sebagai manifestasi dari kemantapan akidah tauhid, tiada yang lain yang
berhak disembah melainkan Allah SWT.
Firman Allah SWT:
>§
É-Îô³yJø9$#
É>ÌøópRùQ$#ur
Iw
tm»s9Î)
wÎ)
uqèd
çnõϪB$$sù
WxÏ.ur
“(Dia-lah)
Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Maka ambillah Dia sebagai Pelindung.”
Q.S. Al-Muzammil (73): 9.
Dan dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
ö@è% ¨bÎ) ÎAx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ
Katakanlah (Hai Muhammad kepada Ummatmu): Sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Q.S. Al-An’am (6): 162.
3. Rajin beribadah tidak hanya siang hari, melainkan lebih-lebih
lagi di waktu malam hari.
Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur’an Surah Al-Muzammil (73):1-6
$pkr'¯»t ã@ÏiB¨ßJø9$# ÇÊÈ
“Hai
orang yang berselimut (Muhammad).” Q.S. Al-Muzammil (73):1.
ÉOè% @ø©9$# wÎ) WxÎ=s% ÇËÈ
“Bangunlah
(untuk sembahyang) di malam hari [*], kecuali sedikit (daripadanya).” Q.S.
Al-Muzammil (73): 2.
[*] Sembahyang malam ini mula-mula wajib,
sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. setelah turunnya ayat ke 20 ini
hukumnya menjadi sunat.
ÿ¼çmxÿóÁÏoR Írr& óÈà)R$# çm÷ZÏB ¸xÎ=s% ÇÌÈ
“(Yaitu)
seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” Q.S. Al-Muzammil (73):3.
÷rr& ÷Î Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ
“Atau
lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” Q.S.
Al-Muzammil (73): 4.
$¯RÎ)
Å+ù=ãZy
øn=tã
Zwöqs%
¸xÉ)rO
ÇÎÈ
“Sesungguhnya
Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” Q.S. Al-Muzammil (73):5.
¨bÎ)
spy¥Ï©$tR
È@ø©9$#
}Ïd
x©r&
$\«ôÛur
ãPuqø%r&ur
¸xÏ%
ÇÏÈ
“Sesungguhnya
bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu
itu lebih berkesan.” Q.S. Al-Muzammil (73): 6.
¨bÎ)
y7s9
Îû
Í$pk¨]9$#
$[sö7y
WxÈqsÛ
ÇÐÈ
“Sesungguhnya
kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).” Q.S. Al-Muzammil
(73): 7.
Bersungguh-sungguh Dalam Beribadah, Siang Dan Malam,
Apakah Melupakan Urusan Dunia, Atau Memaksakan Diri?
Dalam
beribadah secara bersungguh-sungguh, baik siang maupun malam, namun tidak
melupakan urusan dunia dan tidak memaksakan diri, sehingga bisa mengakibatkan
sakit misalnya, atau tidak sempat lagi melakukan kegiatan lainnya dalam
kehidupan dunia.
Firman Allah SWT:
* ¨bÎ) y7/u ÞOn=÷èt y7¯Rr& ãPqà)s? 4oT÷r& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø©9$# ¼çmxÿóÁÏRur ¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4
ª!$#ur âÏds)ã @ø©9$# u$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3øn=tæ (
(#râätø%$$sù $tB u£us? z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3uy Oä3ZÏB 4ÓyÌó£D
tbrãyz#uäur tbqç/ÎôØt Îû ÇÚöF{$# tbqäótGö6t `ÏB È@ôÒsù «!$#
tbrãyz#uäur tbqè=ÏG»s)ã Îû È@Î6y «!$# (
(#râätø%$$sù $tB u£us? çm÷ZÏB 4
(#qãKÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qàÊÌø%r&ur ©!$# $·Êös% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏds)è? /ä3Å¡àÿRL{ ô`ÏiB 9öyz çnrßÅgrB yZÏã «!$# uqèd #Zöyz zNsàôãr&ur #\ô_r& 4
(#rãÏÿøótGó$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî 7LìÏm§ ÇËÉÈ .
“Sesungguhnya
Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga
malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan
dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan
siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu,
Maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa
akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di
muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi
berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran
dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada
Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di
sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.
dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” Q.S. Al-Muzammil (73): 20.
PENUTUP
Sesungguhnya prinsip mujahadah pada dasarnya ialah mencegah jiwa dari
kebiasaan kebiasaannya dan memaksanya menentang hawa nafsunya sepanjang waktu.
“Jiwa mempunyai dua sifat yang menghalanginya dalam mencapai kebaikan:
keberlarutan dalam memuja hawa nafsu dan penolakan pada tindak kepatuhan.
Mujahadah bagi orang
awam adalah memperbaiki amal, sementara mujahadah orang khawash adalah
memperbaiki keadaan hati. Sungguh, mudah menahan lapar, haus, dan mengantuk
tetapi amat sulit dan sukar mengubati akhlak yang buruk. Demikian pembahasan
tentang mujahadah, semoga akan bermanfaat bagi kita semua dalam menempuh jalan
menuju Allah SWT. Semoga kita semua akan diberi kekuatan oleh Allah untuk
selalu dapat bermujahadah di jalan-Nya sehingga menjadi orang-orang yang
Menang.
Akhir
kalam; Mohon maaf dan mohon ke-relaan-nya kepada semua pihak, atas hal-hal yang
kurang berkenan dan atas partispasinya dalam penerbitan media ini.
Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa dan menerima amal ibadah
kita semua. Amin. Terimakasih.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
REFERENCE
Bukhari, Imam,
Pengarang Kitab Hadits Shahih, Ringkasan
hadts Shahih Imam
Bukhari, Program Sofyan
Efendi (credit goes to him @ http://opi.110mb.com/).
Departemen Agama RI (sekarang Kemenag), 2008, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
CV. Ferlia Citra Utama.
Kemenag RI, 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Dirjen Bimbingan masyarakat Islam,
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah.
Kemenag RI, 2008, Tafsir Al-Qur’an Tematik, Membangun Keluarga
Harmonis.
Tim, 2005, Ensiklopedi Islam,
Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Houve.
Tim, 2005, Ensiklopedi Al-Qur’an,
Buku 1, Jakarta, PT. Kharisma Ilmu
Kajian Tafsir Hadits di Masjid
Kampus UGM oleh Ust. Ridwan Hamidi,
http://jiwa2kegelapan.wordpress.com/2012/06/24/makna-mujahadah/.