Selasa, 04 Maret 2014

"AMANU"




MEDIA DAKWAH DAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“AMANU“





“MUJAHADAH”
BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM BERIBADAH





OLEH:
 DR. KH. AHMADI H. SYUKRAN NAFIS, MM






Pendahuluan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدّنيا والدّين. والصّلاة والسّلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وأصحابه أجمعين. اشهدأن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له ألملك الحق المبين.
وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله صادق الوعدالأمين.
اللهمّ صلىّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمد وعلى ال سيّدنا محمّد وعن كلّ صحابة رسول الله أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أمّا بعد .

Yang Mulia; Para Alim Ulama, umara, guru-guru agama, ustadz- ustadzah,bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara-saudaraku, anak-anaknda, cucu-cucunda; para santri, pelajar, mahasiswa dan generasi muda serta muslimin dan muslimat yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadhirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian.
Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga beliau, dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan ketetapan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Dan sebagai bukti kita ber-iman dan bertakwa adalah dengan melaksanakan perintah Allah SWT  dan  Rasul-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
Mujahadah  ibarat mendewasakan anak. Anak akan tumbuh kembang dan menjadi dewasa jika terlebih dahulu disapih, dibiasakan mandiri, dan dididik dengan sebaik-baiknya, termasuk dibiasakan melihat kekurangan diri sendiri, agar tidak sibuk mengurusi aib orang lain.
Dengan mengetahui dan memahami mujahadah, seorang Muslim tidak hanya menjaga dirinya agar tidak larut dalam perangkap hawa nafsu dan godaan setan, tetapi juga mampu memberi rasa aman dan kedamaian bagi orang lain.
Adalah menjadi kewajiban setiap orang untuk merancang dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik. Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa seorang akan merugi kalau hari esoknya sama saja dengan hari ini, bahkan dia menjadi terkutuk jika hari ini lebih buruk dari kemarin. Seseorang baru dikatakan bahagia, jika hari esok itu lebih baik dari hari ini.

Mujahadah, Bersungguh-Sungguh Dalam Beribadah

Pada pembahasan kesempatan ini, kita membicarakan tentang pentingnya bagi umat Islam untuk berprilaku “Mujahadah”, yakni bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasakan bahwa kita sudah melakukan ibadah, kita merasa telah melaksanakan kewajiban kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yakni menyembah kepada Tuhan Yang Menciptakan kita, khususnya bagi umat Nabi Muhammad SAW adalah dengan melaksanakan shalat lima waktu, namun kita juga merasakan betapa banyaknya kita lalai dan lupa dalam memenuhi perintah Allah SWT., dan kita juga merasa banyak urusan-urusan keduniaan yang kita kerjakan, sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan;
“Apakah selama ini kita sudah bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT?
Apakah ibadah yang kita lakukan itu sungguh-sungguh dilandasi akidah, tauhid, atau keimanan yang benar?
Apakah ibadah yang kita lakukan itu sungguh-sungguh mengikuti perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW?
Apakah ibadah kita itu dilakukan dengan niat yang benar, ikhlas karena Allah SWT., ikhlas hanya mengharap keridhaan Allah SWT? dilaksanakan dengan ikhlas, hanya karena Allah SWT?
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW berusaha untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT:
ö@è% $oYtRq_!$ysè?r& Îû «!$# uqèdur $uZš/u öNà6š/uur !$oYs9ur $oYè=»yJôãr& öNä3s9ur öNä3è=»yJôãr& ß`øtwUur ¼çms9 tbqÝÁÎ=øƒèC .
“Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, Padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati.”  Q.S. Al-Baqarah (2): 139.
Dalam ayat ini Allah SWT secara tegas menekankan, tidak perlu ada perdebatan tentang Tuhan Allah SWT. dan dalam pelaksanaan ibadah masing-masing umat tidak perlu mempersoalkan atau membuat permusuhan, akan tetapi hiduplah damai; “Bagi kamu silahkan menurut amalan (amaliyah/ ibadah) kamu, dan bagi kami menurut amalan kami juga. Dan hanya kepada Allah SWT kami mengikhlaskan hati”.
Dari pengertian ayat tersebut di atas, dapat kita ketahui dan pahami bersama bahwa dengan umat non muslim sekalipun, kita dianjurkan untuk melaksanakan amalan (ibadah) menurut amalan masing-masing, apalagi dengan sesama muslim-muslimat, jangan sampai dengan berbeda amaliyah, berbeda cara beribadah, berbeda mazhab dalam tuntunan beribadah, menjadikan umat Islam tercerai berai, saling meremehkan, merasa dirinya dan golongannya saja yang paling benar, saling menyalahkan.
Akan tetapi, hendaknya tetap dijaga dan dimantapkan rasa persaudaraan muslim (ukhuwah Islamiyah), dan juga persaudaraan sebangsa dan se tanah air (ukhuwah wathoniyah), serta persaudaraan sesama umat manusia (ukhuwah insaniyah/ basyariyah).
Hal yang terpenting bukanlah memperdebatkannya, melainkan bagaimana melaksanakan amalan yang diajarkan dalam ajaran agama yang kita peluk, dengan bersungguh-sungguh beribadah, atau ber-mujahadah, dan ikhlas hanya karena Allah SWT. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2): 139; “… Bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati.” 
Dengan bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah SWT ini sekaligus merupakan upaya menahan dan mengendalikan hawa nafsu yang lebih banyak cenderung kepada kesenangan kehidupan dunia dan lupa pada kehidupan akhirat.
Dalam istilah tasauf, kata mujahadah, diartikan adalah; Menekan keinginan dan nafsu pribadinya. “Al-Mujahidu maa jahada nafs”.
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW menyatakan: “Kuasailah keinginanmu (nafsumu)”.
Seusai perang Badr, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Kita telah meninggalkan jihad kecil, untuk menuju jihad yang lebih besar”. [ Ruj’ana minal jihadil asghar ilal jihadil akbar ]. (Khan Sahib Khaja Khan, BA, Tasawuf - Apa dan Bagaimana -- Daftar Istilah Tasauf, Hal.213).
Oleh karenanya, dengan ber-mujahadah, yakni bersungguh-sungguh dalam beribadah, hendaknya juga sekaligus menahan hawa nafsu. Dan upaya menahan hawa nafsu ini, menurut ajaran Rasulullah SAW, adalah termasuk jihad yang lebih besar dibandingkan dengan jihad lainnya.


Dalil Agar Bersungguh-sungguh Dalam Beribadah
Allah SWT., memerintahkan kepada umat nabi Muhammad SAW untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah, yakni penuh dengan ketekunan sampai datang waktu ajal.
Allah  SWT berfirman dalam Surah Al-Hajr (15): 98-99
ôxÎm7|¡sù ÏôJpt¿2 y7În/u `ä.ur z`ÏiB tûïÏÉf»¡¡9$# ÇÒÑÈ  

“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat).” Q.S. Al-Hajr (15): 98.
Firman Allah SWT., dalam Surah Al Ankabut [29] : 69
z`ƒÏ%©!$#ur (#rßyg»y_ $uZŠÏù öNåk¨]tƒÏöks]s9 $uZn=ç7ß 4 ¨bÎ)ur ©!$# yìyJs9 tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÏÒÈ  
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-’Ankabut [29] : 69).
Penjelasan :
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami.
maksudnya, Mencurahkan segenap kemampuannya untuk menepis hawa nafsu, godaan setan dan ambisi-ambisi pribadi, serta melawan musuh-musuh agama. karena Allah semata.
Jalan-jalan Kami
Maksudnya, Jalan-jalan yang bisa mendekatkan kepada Allah dan mengantarkan pada surga-Nya. Jalan-jalan ini hanya bisa ditempuh dengan amal-amal ketaatan dan kesungguhan dalam beribadah.
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik
Maksudnya, Allah selalu menolong dan menguatkan mental mereka.
==> Orang yang bersungguh-sungguh di Jalan Allah tentulah orang yang berbuat baik.



Dalam Surah Al Hijr [15] : 99 Allah SWT., Firman:
ôç6ôã$#ur y7­/u 4Ó®Lym y7uÏ?ù'tƒ ÚúüÉ)uø9$# ÇÒÒÈ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”(QS. al-Hijr [15] : 99)
.
الْيَقِينُ maksudnya sesuatu yang diyakini, intinya kematian yang menjemput, kematian yang pasti terjadi (ajal).
==>Dalam penjelasan ayat diatas, bahwasanya batas akhir dari mujahadah atau bersungguh-sungguh di dalam beribadah yakni sampai ajal (sampai berakhirnya hidup di dunia).
Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk bertasbih, mensucikan Allah SWT dari segala sesuatu yang menyekutukannya, shalat, rukuk, sujud, banyak melakukan ibadah, berbuat baik, dan mengekang hawa nafsu. Hal ini berlaku pula bagi kaum muslimin sampai akhir hayat mereka. (Kemenag, 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid,5, hal 275).

Makna Mujahadah
Mujahadah yang berarti bersungguh hati melaksanakan ibadah dan teguh berkarya amal shaleh, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang sekaligus menjadi amanat serta tujuan diciptakannya manusia.  Dengan beribadah, manusia menjadikan dirinya ‘abdun (hamba) yang dituntut berbakti dan mengabdi kepada Ma’bud (Allah Maha Menjadikan) sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba wajib berbakti (beribadah). 
Mujahadah merupakan sarana untuk menunjukkan ketaatan seorang hamba kepada Allah, sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Di antara perintah Allah SWT kepada manusia adalah untuk selalu berdedikasi dan berkarya secara optimal. Hal ini dijelaskan di dalam Al Qur’an Surat At Taubah ayat: 5,  “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu kerjakan.” 
Orang-orang yang selalu bermujahadah merealisasikan keimanannya dengan beribadah dan beramal shaleh dijanjikan akan mendapatkan petunjuk jalan kebenaran untuk menuju (ridha) Allah SWT hidayah dan rusyda yang dijanjikan Allah diberikan kepada yang terus bermujahadah dengan istiqamah. Kecerdasan dan kearifan akan memandu dengan selalu ingat kepada Allah SWT, tidak terpukau oleh bujuk rayu hawa nafsu dan syetan yang terus menggoda.
Situasi batin dari orang-orang yang terus musyahadah (menyaksikan) keagungan Ilahi amat tenang. Sehingga tak ada kewajiban yang diperintah dilalaikan dan tidak ada larangan Allah yang dilanggar.  Jiwa yang memiliki rusyda terus hadir dengan khusyu’. Inilah sebenarnya yang disebut mujahidin ‘ala nafsihi wa jawarihihi, yaitu orang yang selalu bersungguh dengan nuraninya dan gerakannya. 
Manakala jiwa ditunggangi nafsu, wajib dikendalikan dengan kendali taqwa. Manakala jiwa bersikeras ingkar kepada kehendak Tuhan, wajib dilunakkan dengan menolak keinginan hawa nafsunya.  Manakala jiwa bangkit memberontak, wajib ditaklukkan dengan musyahadah dan istigfar. Sesungguhnya bertahan dalam lapar (puasa) dan bangun malam di perempat malam (tahajjud), adalah sesuatu yang mudah.  Sedangkan membina akhlak dan membersihkan jiwa dari sesuatu yang mengotorinya sangatlah sulit. Mujahadah adalah suatu keniscayaan yang mesti diperbuat oleh siapa saja yang ingin kebersihan jiwa serta kematangan iman dan taqwa.

Firman Allah SWT, yang artinya:
“Dan sesunggunya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Q.S. Qaaf: 16-18).





Bagaimana Kita Bermujahadah Atau Bersungguh-Sungguh Dalam Beribadah?
Cara yang paling mudah, bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam beribadah adalah mengikuti sunnah Rasulullah SAW., yakni berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang dibawa oleh para sahabat dan ulama serta guru-guru agama, ustadz-ustadzah hingga sampai kepada kita yang hidup tidak se zaman dengan Rasulullah SAW. Yakni, beribadah sungguh-sungguh, atau rajin beribadah untuk akhirat seolah-olah kita akan mati besok hari, sebaliknya juga rajin bekerja atau tidak malas bekerja untuk hidup di dunia seolah-olah kita akan hidup selamanya.
Adapun bagaimana cara kita bermujahadah, yakni sesuai dengan petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah SAW yang mememerintahkan dan menganjurkan agar bersungguh-sungguh (tekun) dalam beribadah kepada Allah SWT .
1.       Berdzikir dan beribadah dengan tekun
Firman Allah SWT:
̍ä.øŒ$#ur zNó$# y7În/u ö@­Gu;s?ur Ïmøs9Î) WxÏFö;s? ÇÑÈ  
“Sebutlah (berdzikir dengan) nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” Q.S. Al-Muzammil (73): 8.

2.       Beribadah ikhlas hanya karena Allah SWT, sebagai manifestasi dari kemantapan akidah tauhid, tiada yang lain yang berhak disembah melainkan Allah SWT.
Firman Allah SWT:
>§ É-ÎŽô³yJø9$# É>̍øópRùQ$#ur Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd çnõσªB$$sù WxÏ.ur
“(Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai Pelindung.”
Q.S. Al-Muzammil (73): 9.

Dan dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
ö@è% ¨bÎ) ÎAŸx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ  
Katakanlah (Hai Muhammad kepada Ummatmu): Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.  Q.S. Al-An’am (6): 162.
3.       Rajin beribadah tidak hanya siang hari, melainkan lebih-lebih lagi di waktu malam hari.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Muzammil (73):1-6
$pkšr'¯»tƒ ã@ÏiB¨ßJø9$# ÇÊÈ  
“Hai orang yang berselimut (Muhammad).” Q.S. Al-Muzammil (73):1.
ÉOè% Ÿ@ø©9$# žwÎ) WxÎ=s% ÇËÈ  
“Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari [*], kecuali sedikit (daripadanya).” Q.S. Al-Muzammil (73): 2.

[*] Sembahyang malam ini mula-mula wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. setelah turunnya ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunat.
ÿ¼çmxÿóÁÏoR Írr& óÈà)R$# çm÷ZÏB ¸xÎ=s% ÇÌÈ  
“(Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” Q.S. Al-Muzammil (73):3.
÷rr& ÷ŠÎ Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ  
“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” Q.S. Al-Muzammil (73): 4.
$¯RÎ) Å+ù=ãZy šøn=tã Zwöqs% ¸xÉ)rO ÇÎÈ  
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” Q.S. Al-Muzammil (73):5.
¨bÎ) spy¥Ï©$tR È@ø©9$# }Ïd x©r& $\«ôÛur ãPuqø%r&ur ¸xÏ% ÇÏÈ   
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” Q.S. Al-Muzammil (73): 6.
¨bÎ) y7s9 Îû Í$pk¨]9$# $[sö7y WxƒÈqsÛ ÇÐÈ  
“Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).” Q.S. Al-Muzammil (73): 7.
Bersungguh-sungguh Dalam Beribadah, Siang Dan Malam, Apakah Melupakan Urusan Dunia, Atau Memaksakan Diri?
   Dalam beribadah secara bersungguh-sungguh, baik siang maupun malam, namun tidak melupakan urusan dunia dan tidak memaksakan diri, sehingga bisa mengakibatkan sakit misalnya, atau tidak sempat lagi melakukan kegiatan lainnya dalam kehidupan dunia.
Firman Allah SWT:
* ¨bÎ) y7­/u ÞOn=÷ètƒ y7¯Rr& ãPqà)s? 4oT÷Šr& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø©9$# ¼çmxÿóÁÏRur ¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4 ª!$#ur âÏds)ムŸ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3øn=tæ ( (#râätø%$$sù $tB uŽœ£uŠs? z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3uy Oä3ZÏB 4ÓyÌó£D   tbrãyz#uäur tbqç/ÎŽôØtƒ Îû ÇÚöF{$# tbqäótGö6tƒ `ÏB È@ôÒsù «!$#   tbrãyz#uäur tbqè=ÏG»s)ムÎû È@Î6y «!$# ( (#râätø%$$sù $tB uŽœ£uŠs? çm÷ZÏB 4 (#qãKŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qàÊ̍ø%r&ur ©!$# $·Êös% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏds)è? /ä3Å¡àÿRL{ ô`ÏiB 9Žöyz çnrßÅgrB yZÏã «!$# uqèd #ZŽöyz zNsàôãr&ur #\ô_r& 4 (#rãÏÿøótGó$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî 7LìÏm§ ÇËÉÈ .

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu,
Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S. Al-Muzammil (73): 20.
PENUTUP
Sesungguhnya prinsip mujahadah pada dasarnya ialah mencegah jiwa dari kebiasaan kebiasaannya dan memaksanya menentang hawa nafsunya sepanjang waktu. “Jiwa mempunyai dua sifat yang menghalanginya dalam mencapai kebaikan: keberlarutan dalam memuja hawa nafsu dan penolakan pada tindak kepatuhan.
Mujahadah bagi orang awam adalah memperbaiki amal, sementara mujahadah orang khawash adalah memperbaiki keadaan hati. Sungguh, mudah menahan lapar, haus, dan mengantuk tetapi amat sulit dan sukar mengubati akhlak yang buruk. Demikian pembahasan tentang mujahadah, semoga akan bermanfaat bagi kita semua dalam menempuh jalan menuju Allah SWT. Semoga kita semua akan diberi kekuatan oleh Allah untuk selalu dapat bermujahadah di jalan-Nya sehingga menjadi orang-orang yang Menang.
Akhir kalam; Mohon maaf dan mohon ke-relaan-nya kepada semua pihak, atas hal-hal yang kurang berkenan dan atas partispasinya dalam penerbitan media ini. Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa dan menerima amal ibadah kita semua. Amin. Terimakasih.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
REFERENCE
Bukhari, Imam, Pengarang Kitab Hadits Shahih, Ringkasan hadts Shahih Imam
Bukhari, Program  Sofyan Efendi (credit goes to him @ http://opi.110mb.com/).
Departemen Agama RI (sekarang Kemenag), 2008,  Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Ferlia Citra Utama.
Kemenag RI, 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Dirjen Bimbingan masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah.
Kemenag RI, 2008, Tafsir Al-Qur’an Tematik, Membangun Keluarga Harmonis.
Tim, 2005, Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Houve.
Tim, 2005, Ensiklopedi Al-Qur’an, Buku 1, Jakarta, PT. Kharisma Ilmu
Kajian Tafsir Hadits di Masjid Kampus UGM oleh Ust. Ridwan Hamidi,
http://jiwa2kegelapan.wordpress.com/2012/06/24/makna-mujahadah/.