Selasa, 04 Maret 2014

SUNNAH RASULULAH SAW MANTAPKAN TAWAKKAL Berdo’a dan Berusaha







SUNNAH RASULULAH SAW
MANTAPKAN TAWAKKAL
Berdo’a dan Berusaha





OLEH:
 DR. KH. AHMADI H. SYUKRAN NAFIS, MM






Pendahuluan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدّنيا والدّين. والصّلاة والسّلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وأصحابه أجمعين. اشهدأن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له ألملك الحق المبين.
وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله صادق الوعدالأمين.
اللهمّ صلىّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمد وعلى ال سيّدنا محمّد وعن كلّ صحابة رسول الله أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أمّا بعد .

Yang Mulia; Para Alim Ulama, umara, guru-guru agama, ustadz- ustadzah,bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara-saudaraku, anak-anaknda, cucu-cucunda; para santri, pelajar, mahasiswa dan generasi muda serta muslimin dan muslimat yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadhirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian.
Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga beliau, dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan ketetapan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Dan sebagai bukti kita ber-iman dan bertakwa adalah dengan melaksanakan perintah Allah SWT  dan  Rasul-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
Tawakal, berdoa dan berusaha adalah bekal yang sangat diperlukan oleh setiap insan yang beriman karena hidup di dunia ini tidak selamanya akan berjalan mulus dan menyenangkan. Dalam kehidupan duniawi kita semua pasti akan mendapatkan cobaan yang harus dilalui karena kehidupan di dunia ini bukanlah akhir episode perjalanan manusia. Namun, apakah dengan adanya berbagai macam kesulitan hidup itu berarti kita harus pasrah, pesimis, apatis, dan tanpa usaha?
Tawakal itu berarti berusaha bersungguh-sungguh dengan sebaik mungkin, kemudian menyerahkan segala keputusan dan urusan kepada Allah, tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu termasuk pada diri kita sebagai hamba-Nya. Tiada sesuatupun yang terlepas dari perhatian dan ketentuan-Nya. Seorang mukmin pastilah yakin dan tunduk atas kenyataan bahwa "Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)." Ar-Ra'du:2.
Perintah Untuk Bertawakkal Kepada Allah SWT

Tawakkal merupakan perbuatan terpuji yang berdampak dalam pembentukan karakter yang baik, sebagai pengamalan ajaran Islam dan proses pendidikan agama Islam, dengan budi pekerti luhur dan akhlak mulia.
Orang yang tawakkal, tidak sombong, tidak merasa sok kuasa, tidak menganggap dirinya saja yang hebat sehingga semua usahanya merupakan hasil kerjanya sendiri, namun sebaliknya orang yang tawakkal tidak akan mudah putus asa, dan tidak menjadikan orang malas dalam berusaha, berikhtiar dan bekerja. Sebab, orang yang tawakkal, berarti berserah diri kepada Allah SWT, dengan berdo’a, memohon kepada Allah SWT dengan penuh harap dan rendah hati, serta diiringi dengan berbuat, berusaha dan berikhtiar untuk mencapai apa yang diinginkan dan dikehendaki, atau yang dicita-citakannya.
Dalam ajaran Islam, berperilaku “Tawakkal” diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW., sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an maupun dalam hadits-hadits Rasulullah SAW yang disampaikan oleh para sahabat dan pengikut beliau, tabi’in dan tabi’it-tabi’in serta para ulama dan guru-guru agama, hingga sampai kepada kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita jumpai dalam kenyataannya di masyarakat, banyak orang mengartikan Tawakkal adalah berserah diri kepada Allah SWT, dengan berdo’a saja, tanpa berusaha dan tidak perlu berikhtiar, atau tidak perlu bekerja, akibatnya orang Islam banyak yang sengsara, banyak yang miskin, banyak yang hanya mengharapkan belas kasihan orang lain, banyak tidak mempunyai penghasilan tetap, banyak yang meminta-minta, dan menjadi malas bekerja.
Karena  berpikiran, dengan tawakkal, berserah diri kepada Allah SWT, tidak perlu berusaha dan cukup berdo’a saja, maka megakibatkan tidak ada motivasi untuk hidup maju dan tidak ada keinginan bekerja keras dalam hidup.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.
ö@ž2uqs?ur n?tã ÇcyÛø9$# Ï%©!$# Ÿw ßNqßJtƒ ôxÎm7yur ¾ÍnÏôJpt¿2 4 4xÿŸ2ur ¾ÏmÎ/ É>qçRäÎ/ ¾ÍnÏŠ$t6Ïã #·ŽÎ7yz
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” Q.S. Al-Furqan ( 25 ): 58.

Menurut ahli tafsir, ayat tersebut di atas, memerintahkan kepada manusia agar bertawakkal kepada Allah SWT, Tuhan Yang Hidup Kekal, tidak mati, Tuhan seru sekalian alam, berserah diri kepada-Nya dan bersabar dalam segala musibah yang menimpa dirinya. Tuhanlah yang memberikan kecukupan kepada manusia, yang menyampaikan kepada tujuan kebahagiaan.
Dalam ayat itu juga, manusia diperintahkan juga untuk bertasbih dengan memuji Allah SWT, mensucikan-Nya dari segala sekutu, anak, isteri, dan segala sifat yang tidak pantas, seperti yang dituduhkan kaum musyrikin kepada Allah SWT.
Dijelaskan oleh ahli tafsir, bahwa; Perintah Allah SWT untuk bertawakkal kepada-Nya, bukan berarti bahwa manusia tidak perlu berusaha lagi, atau tidak perlu memikirkan sebab-sebab yang menimbulkan usaha itu, tetapi maksudnya ialah agar manusia menyerahkan kepada Allah SWT segala sesuatu yang telah diusahakannya.
Dalam ayat tersebut pula Allah SWT memerintahkan supaya bertawakkal hanya kepada-Nya Yang Maha Hidup, karena semua makhluk akan mati, maka tidak patut bertawakkal kepada selain Allah SWT. hanya Allah SWT Yang Maha Hidup, Kekal, yang mengetahui segala amal perbuatan dan dosa-dosa hamba-Nya dan yang mampu memberikan balasan amal-amalnya. Amalan yang baik dibalas dengan pahala, dan amalan yang buruk dibalas dengan siksa. (Kemenag RI., 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 7, Dirjen Bimas Islam,Hal. 40-41).
Dalam ayat lainnya Allah SWT memerintahkan kepada para hamba-Nya agar bertawakal  semata-mata hanya kepada-Nya.
firman Allah SWT:
šcqä9qà)tƒur ×ptã$sÛ #sŒÎ*sù (#rãtt/ ô`ÏB x8ÏYÏã |M¨Št/ ×pxÿͬ!$sÛ öNåk÷]ÏiB uŽöxî Ï%©!$# ãAqà)s? ( ª!$#ur Ü=çGõ3tƒ $tB tbqçGÍhŠu;ム( óÚ͏ôãr'sù öNåk÷]tã ö@©.uqs?ur n?tã «!$# 4 4s"x.ur «!$$Î/ ¸xÏ.ur ÇÑÊÈ  
“Dan  mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban Kami hanyalah) taat". tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. cukuplah Allah menjadi Pelindung”.(QS.An Nisa’ [4]:) 81).


Tawakkal, Sebagai Prinsip dan Sikap Hidup Yang Harus Menjadi Pegangan Orang Yang Beriman
Allah SWT memerintahkan kepada umat Nabi Muhammad SAW untuk bertawakkal kepada Allah SWT. dan dalam ayat dan surah yang lain, Allah SWT berfirman juga menganjurkan bagi orang-orang yang mukmin atau orang-orang yang beriman agar bertawakkal kepada Allah SWT.
4 n?tãur «!$# È@ž2uqtGuŠù=sù šcqãYÏB÷sßJø9$# ÇÊÊÈ  
“… Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” Q.S. Ibrahim ( 14  ): 11.
Menurut ahli tafsir, ayat ini menunjukkan, bahwa; Tawakkal adalah merupakan suatu prinsip dan sikap hidup yang harus menjadi pegangan bagi setiap orang yang beriman, apabila mereka sudah melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. (Kemenag RI., 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 5, Dirjen Bimas Islam,Hal. 133).
Karenanya, Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umatnya untuk tawakkal kepada Allah SWT., dan telah mencontohkannya. Banyak hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan untuk tawakkal ini, yaitu diantaranya:
1)      Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan lain-lainnya, dari Ummul Mu'minin Ummu Salamah dan namanya sendiri adalah Hindun binti Abu Umayyahyaitu Hudzaifah al-Makhzumiyah r.a., bahwasanya Nabi Muhammad SAW itu apabila keluar dari rumahnya, bersabda - yang artinya:
"Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah." Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu kalau-kalau saya sampai tersesat atau disesatkan, tergelincir - dari kebenaran - atau digelincirkan, menganiaya atau dianiaya, menjadi bodoh - tidak mengerti sesuatu - ataupun dianggap bodoh oleh orang lain atas diriku." (H.R Abu Dawud, At-Tirmidzi dan lain-lainnya dengan sanad-sanad yang shahih). At-Tirmidzi berkata bahwa ini adalah Hadits hasan shahih. Hadits di atas adalah menurut lafaznya Imam Abu Dawud.
2)      Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi  dan Nasa'i serta lain-lainnya, dari Anas r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya:   Bismillah, tawakkaltu 'alallaah walaa haula walaa quwwata illabillaah- artinya: Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah, maka kepada orang itu dikatakanlah: "Engkau telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, jika telah diberi penjagaan. Syaitanpun menyingkirlah dari orang tersebut." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi  dan Nasa'i serta lain-lainnya).
At-Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan. Abu Dawud menambahkan lalu berkata: "Bahwa syaitan yang satu berkata kepada syaitan  lainnya: "Bagaimana engkau dapat menggoda orang yang telah diberi petunjuk, telah dicukupi dan telah pula diberi penjagaan."
Dengan demikian, menurut hadits ini, dijelaskan, bahwa; Orang yang tawakkal, berserah diri kepada Allah SWT termasuk orang yang mendapat petunjuk, orang yang dicukupi oleh Allah SWT keperluannya, dan orang yang diberikan penjagaan oleh Allah SWT sehingga sulit bagi setan untuk menggoda orang yang tawakkal kepada Allah SWT.

Bagaimana Kalau Orang Sudah Tawakkal, Berserah Diri Kepada Allah SWT., Merasa Tidak Perlu Berusaha, Tapi Cukup Berdo’a Saja?
Tidak benar, dan tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW kalau orang sudah bertawakkal, berserah diri kepada Allah SWT merasa tidak perlu berusaha lagi, tapi cukup berdo’a saja. Sebab, tawakkal dalam ajaran Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT., diiringi dengan do’a dan ikhtiar atau usaha. Bukan tidak berusaha atau tidak berikhtiar. Kita berserah diri kepada Allah SWT setelah berusaha, bekerja dan berikhtiar sebagaimana mestinya, yang disertai dengan do’a.

Diceritakan dalam Hadits Rasulullah SAW:
1.       Pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW., ada seorang sahabatnya yang meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti pohon, tonggak dan lain-lain, lalu ditinggalkannya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5pTsHQkd2nmUGayRlGkhuyz0_yBPLjS422WQuKBLSqRJ1hyphenhyphenClU0ll7oMGU5ZT4cROEIeL1GTwMzcWMbwuXsTpDh7YoS-y3JVVBqA6acUIw_IyD-3FQN4oPQBxANwv2w4XWnWhryQfXXEt/s320/dv1715020.jpgRasulullah SAW bertanya: "Mengapa tidak kamu ikatkan?" Ia menjawab: "Saya sudah bertawakkal kepada Allah." Rasulullah SAW kemudian bersabda: "Ikatlah dulu lalu bertawakkallah"
Dengan demikian berarti, tawakkal tanpa usaha lebih  dahulu adalah salah dan keliru menurut pandangan Islam. Jikalau kita sudah dapat meletakkan arti tawakkal pada garis yang sebenarnya, maka dapat dipastikan kita tidak akan kekurangan rezeki, sebab Allah SWT akan menjamin bahwa kita akan diberi bagian rezeki kita masing-masing sebagaimana halnya burung yang pergi pagi-pagi dalam keadaan kosong perut, sedang pada sore harinya telah menjadi kenyang.
2.       Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Umar r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Andaikata engkau sekalian itu suka bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscayalah Dia akan memberikan rezeki padamu sekalian sebagaimana  Dia memberikan rezeki kepada burung. Pagi-pagi burung-burung berperut kosong dan sore-sore kembali dengan perut penuh berisi. (Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan).
Sebagian ahli hadits, mengemukakan, makna hadits tersebut ialah, bahwa burung-burung itu pada permulaan hari siang, yakni mulai pagi harinya sama pergi dalam keadaan khimash, artinya kosong perutnya, sebab lapar, sedangkan pada akhir siang, yakni pada sore harinya sama kembali dalam keadaan bithaan, artinya perutnya penuh sebab kenyang. Inilah tanda tawakkalnya burung pada Allah SWT.
Selain itu, Allah berfirman bahwa sifat-sifat kaum mu'minin itu di antaranya ialah selalu bertawakkal kepada Allah SWT., dengan pengertian tawakkal yang tidak disalah-artikan, yakni berserah diri kepada Allah SWT namun dengan melupakan usaha dan tidak melakukan ikhtiar, atau tidak bekerja dan tidak berbuat.

Firman Allah SWT dalam Al-qur’an:

$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y $YZ»yJƒÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ  
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (yang sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Allah (Yaitu, menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakan Allah SWT) maka gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” Q.S. Al-Anfal (8): 2.

Mengapa Kita Diperintahkan Untuk Bertawakkal, Apabila Telah Membulatkan Tekad?

Allah SWT memerintahkan kepada umat Nabi Muhammad SAW agar bertawakkal kepada Allah SWT apabila sudah membulatkan tekad terhadap sesuatu urusan, karena Allah SWT menyukai orang-orang yang bertawakkal. Karena kalau orang betawakkal kepada Allah SWT., maka berarti orang itu telah berserah diri kepada Allah SWT., dengan terlebih dahulu berusaha, beriktiar, berbuat, bekerja dan diiringi dengan berdo’a.
Firman Allah SWT dalam Al-qur’an:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (Yaitu; urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya). Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Q.S. Ali-Imran ( 3 ) : 159.

Orang Tawakkal Tidak Takut Kehilangan Rezki Atau Kesempatan

Bagi orang yang bertawakkal kepada Allah SWT,. tidak akan merasa takut, kalau mereka sudah membulatkan tekadnya maka berserah diri kepada Allah SWT, dengan diiringi usaha dan do’a.
Firman Allah SWT dalam Al-qur’an:

çmø%ãötƒur ô`ÏB ß]øym Ÿw Ü=Å¡tFøts 4 `tBur ö@©.uqtGtƒ n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4 ¨bÎ) ©!$# à÷Î=»t/ ¾Ín̍øBr& 4 ôs% Ÿ@yèy_ ª!$# Èe@ä3Ï9 &äóÓx« #Yôs% ÇÌÈ  
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” Q.S. At-Thalaq (65):  3.
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma juga bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda - dalam berdoa: "Ya Allah, kepada-Mu lah saya menyerahkan  diri, dengan-Mu saya beriman, atas-Mu saya bertawakkal, ke hadhirat-Mu saya bertaubat, dengan-Mu saya berbantah - menghadapi musuh-musuh agama."
"Ya Allah, saya mohon perlindungan dengan kemuliaan-Mu, tiada Tuhan melainkan Engkau, kalau sampai Engkau menyesatkan diriku. Engkau Maha Hidup yang tidak akan mati, sedangkan semua jin dan manusia pasti mati."
(H. R. Muttafaq 'alaih, Hadis di atas itu menurut lafaz Imam Muslim dan diringkaskan dalam lafaz Imam Bukhari.
Dalam sebuah hadits shahih yang lainnya, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:  "Masuklah ke dalam syurga itu para kaum yang hatinya seperti hati burung." (Hadits Riwayat Muslim) .
Artinya kata-kata di atas itu disebutkan: Bahwasanya mereka itu sama bertawakkal. Juga dapat diartikan: bahwasanya hati mereka itu lemah lembut.

Tidak Ada Alasan Untuk Tidak Tawakkal 
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
$tBur !$oYs9 žwr& Ÿ@ž2uqtGtR n?tã «!$# ôs%ur $uZ1yyd $oYn=ç7ß 4 žcuŽÉ9óÁuZs9ur 4n?tã !$tB $tRqßJçF÷ƒsŒ#uä 4 n?tãur «!$# È@©.uqtGuŠù=sù tbqè=Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊËÈ  
“Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri". Q.S. Ibrahim ( 14  ): 12.
Menurut ahli tafsir, dalam ayat ini diterangkan penegasan para rasul Allah SWT kepada umat mereka, bahwa bagi mereka tidak ada alasan sama sekali untuk tidak bertawakkal kepada Allah SWT. Karena Allah SWT telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya yang banyak sekali kepada mereka.
Diantara rahmat dan nikmat-Nya, ialah bahwa Allah SWT telah menunjukkan jalan yang lurus, yang mengantarkan kepada cahaya iman, sehingga memperoleh ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, mereka menghadapi semua ancaman umat mereka, dengan kesabaran dan keuletan serta tawakkal kepada Allah SWT., Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanya kepada Allah SWT sajalah orang-orang mukmin bertawakkal dan berserah diri. Dan mereka tidak merasa gentar ataupun takut terhadap ancaman orang-orang yang tidak beriman, karena segala sesuatu di alam ini tunduk dan patuh di bawah kekuasaan Allah SWT. (Kemenag RI., 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 5, Dirjen Bimas Islam,Hal. 133).

PENUTUP
Tawakkal adalah menetapkan hati kepada Allah atas segala apa yang berlaku. Kita percaya dan yakin dengan sebenar-benarnya bahwa hanya Dia yang berkuasa memberi manfaat dan memberi mudharat. Kita juga yakin dengan sebenar-benarnya Dia yang mengatur setiap kejadian. Namun, berserah diri kepada Allah perlulah disertai dengan usaha dan do’a.
Tawakkal bukanlah hanya duduk manis sambil menupang dagu ke lutut. Tawakkal bukan seperti rerumputan yang bergoyang apabila disentuh angin atau diam tidak bergerak setelah angin berlalu. Tidak juga tunduk berada di zona nyaman. Bukan begitu, melainkan kita harus memantapkan tawakkal, keluar dari zona nyaman untuk berusaha mencari rahmat dan meraih karunia Allah SWT, dunia dan akhirat.
Akhir kalam; Mohon maaf dan mohon ke-relaan-nya kepada semua pihak, atas hal-hal yang kurang berkenan dan atas partispasinya dalam penerbitan media ini. Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa dan menerima amal ibadah kita semua. Amin. Terimakasih.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
REFERENCE
Bukhari, Imam, Pengarang Kitab Hadits Shahih, Ringkasan hadts Shahih Imam
Bukhari, Program  Sofyan Efendi (credit goes to him @ http://opi.110mb.com/).
Departemen Agama RI (sekarang Kemenag), 2008,  Al-Qur’an dan Terjemahnya,
CV. Ferlia Citra Utama.
Kemenag RI, 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Dirjen Bimbingan
masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah.
Kemenag RI, 2008, Tafsir Al-Qur’an Tematik, Membangun Keluarga Harmonis.
Tim, 2005, Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Houve.
Tim, 2005, Ensiklopedi Al-Qur’an, Buku 1, Jakarta, PT. Kharisma Ilmu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar