MEDIA DAKWAH DAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“AMANU“
MENGISI TAHUN BARU ISLAM DAN
MELESTARIKAN HAJI MABRUR
BINA DAN JALIN
PERSAUDARAAN DAN
KERUKUNAN
OLEH:
DR. KH.
AHMADI H. SYUKRAN NAFIS, MM
Mengisi Tahun Baru Islam
dan Melestarikan Haji Mabrur
Momentum
tahun baru Islam, bulan Muharram 1436 Hijriyah, menjadikan umat Islam melakukan
introspeksi dan perbaikan diri, yakni dengan memperbanyak istigfar dan bertobat
atas perbuatn dosa dan maksiat yang pernah dilakukan, dan memantapkan akidah,
iman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta memperbagus ke-Islaman, dan
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Sebelum
bulan Muharram ini, baru saja kita melewati bulan Dzulhijjah, yakni dimana umat
Islam sedunia melaksanakan ibadah haji. Dan saat ini, bertepatan pula dengan
baru tibanya jemaah haji kita, khususnya jamaah dari Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan, dan jamaah haji Indonesia pada umumnya, maka diharapkan
dapat menjadi haji yang mabrur, dan dapat pula melestarikan haji mabrurnya,
baik bagi dirinya maupun keluarganya dan kita semua yang pernah
menyelenggarakan ibadah haji.
Dalam
mengisi tahun baru Islam, atau tahun baru hijriyah ini, dapat dilakukan dengan
hal-hal yang positif, kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah dan amal shaleh,
serta berbagai perbuatan baik yang merupakan pelestarian haji mabrur bagi yang
baru menyelesaikan ibadah haji, dengan akhlak dan budi pekerti yang mulia, yang
telah dipraktikkan selama menjalankan ibadah haji.
Sebaliknya,
hendaknya meninggalkan perbuatan yang tidak baik, maksiat dan dosa, meski
sekecil apapun nilai kejelekannya, seperti meninggalkan perkataan kotor,
perkataan yang tidak senonoh (rafatsa),
meninggalkan perbuatan fasik (fusuuq),
dan meninggalkan perbuatan berbantah-bantahan (jidal).
Firman
Allah SWT dalam al-Qur’an;
kptø:$# Ößgô©r& ×M»tBqè=÷è¨B 4 `yJsù uÚtsù ÆÎgÏù ¢kptø:$# xsù y]sùu wur XqÝ¡èù wur tA#yÅ_ Îû Ædkysø9$# 3 $tBur (#qè=yèøÿs? ô`ÏB 9öyz çmôJn=÷èt ª!$# 3 (#rߨrts?ur cÎ*sù uöyz Ï#¨9$# 3uqø)G9$# 4 Èbqà)¨?$#ur Í<'ré'¯»t É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÐÈ
Artinya:
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi
(Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah), barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (artinya mengeluarkan
perkataan kotor, yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh), berbuat fasik dan
berbantah-bantahan (jidal) di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu
kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” Q.S. Al-Baqarah (2): 197.
Dalam mengisi tahun baru Islam
ini, hendaknya dalam keseharian kita diisi dengan perbuatan-perbuatan baik,
karena perbuatan baik apa saja yang kita lakukan, maka Allah SWT mengetahuinya,
dan tentunya mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT., sebagai manifestasi dari
ketakwaan kita kepada Allah SWT. karena sebaik-baik bekal bagi kita untuk hari
akhirat nantinya adalah berbekal takwa. Termasuk dalam kaitan bekal ini, bagi
jamaah haji agar membawa bekal yang cukup, dari rizki yang halal, bekal yang
dibawa adalah barang-barang yang halal, bukan barang-barang yang haram.
}§øs9 öNà6øn=tã îy$oYã_ br& (#qäótGö;s? WxôÒsù `ÏiB öNà6În/§ 4 !#sÎ*sù OçFôÒsùr& ïÆÏiB ;M»sùttã (#rãà2ø$$sù ©!$# yYÏã Ìyèô±yJø9$# ÏQ#tysø9$# ( çnrãà2ø$#ur $yJx. öNà61yyd bÎ)ur OçFZà2 `ÏiB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 tû,Îk!!$Ò9$#
Artinya:
“Tidak ada dosa
bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka
apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy'arilharam (Ialah bukit Quzah di Muzdalifah), dan berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya
kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” Q.S. Al-Baqarah (2): 198
¢OèO (#qàÒÏùr& ô`ÏB ß]øym uÚ$sùr& â¨$¨Y9$# (#rãÏÿøótGó$#ur ©!$# 4
cÎ) ©!$# Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÊÒÒÈ
Artinya:
“Kemudian
bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan
mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” Q.S. Al-Baqarah (2): 199
Umat
Islam yang melaksanakan ibadah haji ketika berada di Arafah, dianjurkan
memperbanyak do’a, mohon keampunan kepada Allah SWT.
Oleh
karena itu, orang yang baru kembali dari menunaikan ibadah haji, dosa-dosanya
telah diampuni oleh Allah SWT., karena perjuangannya melaksanakan rukun dan
wajib haji serta memenuhi ketentuan manasik haji, dengan penuh keikhlasan dan
hanya mengharap ridha Allah SWT.
Pengertian dan
Ciri-ciri Haji Mabrur
Istilah Haji
Mabrur sudah sangat sering kita dengar, seperti ucapan seseorang:
"Semoga menjadi haji Mabrur." atau "Insyaallah anda
menjadi Haji Mabrur." Apakah arti dan maksud Haji Mabrur itu ?
Berikut ini beberapa pengertian
"Mabrur" menurut para ulama
- Istilah "haji mabrur" sendiri, menurut sebagian ulama berasal dari kata al-birr (kebaikan)
لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ
وَٱلۡمَغۡرِبِ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebajikan,... (Q.S.Al-Baqarah :177)
- Haji mabrur adalah haji yang dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan baik dengan Allah dan lingkungan sekitarnya.
- Nama Mabrur artinya adalah Diberkati; Berbuat Kebajikan
- Dalam kitab Fathul Baarii, Syarah Bukhari-Muslim menjelaskan: “Haji mabrur adalah haji yang maqbul yakni haji yang diterima oleh Allah swt..”
- Imam Nawawi dalam syarah Muslim: “Haji mabrur itu ialah haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah swt., yang tidak ada riya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq.”
- Abu Bakar Jabir al Jazaari dalam kitab, Minhajul Muslimin mengungkapkan bahwa: “Haji mabrur itu ialah haji yang bersih dari segala dosa, penuh dengan amal shaleh dan kebajikan-kebajikan.”
- Dalam Kitab Lisan al-Arab, mabrur dapat berarti baik, suci, dan bersih dan juga berarti maqbul atau diterima. Dalam pengertian pertama, haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan dengan baik, tidak melakukan hal-hal yang dilarang seperti berkata kotor, berbuat fasik atau mengganggu orang lain, menggunakan harta yang halal untuk ongkos dan biaya perjalanan ibadah.Dalam arti yang kedua, mabrur berarti maqbul atau diterima.
Adapun beberapa ciri-ciri atau tanda-tanda orang
yang mendapatkan haji mabrur menurut ulama diantaranya terlihat dalam amal
perbuatannya setelah melaksanakan ibadah haji lebih baik dari pada ketika
sebelum melaksanakan ibadah haji.
Amal perbuatan lebih baik, maksudnya adalah lebih
banyak mengutamakan amal perbuatan yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan lebih
sering meninggalkan hal-hal yang dilarang dalam agama.
Selain itu, ulama memberikan ciri haji mabrur
lainnya sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW., yaitu;
(1) Ith’aamuth tho’aam, yaitu memberi
makan atau peduli pada pengentasan kemiskinan dan masalah sosial kemasyarakatan
(2) Ifsyaa-us salam, yaitu menebarkan
salam dan kedamaian
(3) Thoyyibul kalam, yaitu bijak
dalam biacara, santun dalam berbuat dan baik dalam bersikap
Dalam sebuah hadits
shahih riwayat Imam Bukhari, dari Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah
saw. ditanya: "Apakah amal yang paling utama?" Beliau menjawab,
"Iman kepada Allah dan Rasul-Nya." Ditanyakan lagi, "Kemudian
apa?" Beliau menjawab, "Jihad (berjuang) di jalan Allah."
Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?"
Beliau menjawab, "Haji yang mabrur."
Selain itu, dalam keutamaan pelaksanaan ibadah
haji, Rasulullah SAW menegaskan bahwasanya jihad yang paling utama adalah haji
mabrur.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari, dari St. Aisyah r.a. berkata: “Kami berpendapat bahwa jihad adalah
amal yang paling utama, apakah kami tidak boleh berjihad? Rasulullah SAW
menjelaskan: jihad yang paling utama bagi wanita adalah haji mabrur”.
Bagi yang melaksanakan ibadah haji dengan
semata-mata karena Allah SWT., maka diampuni segala dosa-dosanya, dan bahkan
baginya diterima do’a nya untuk orang lain. Allah SWT mengabulkan segala do’a
yang dipanjatkannya untuk orang lain.
Dalam sebuah hadits sahih
riwayat Bukhari dan Muslim bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ
يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Artinya :
“Siapa yang berhaji
ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia
pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dengan demikian, momentum
tahun baru Islam yang beriringan dengan kedatangan jamaah yang baru selesai
menunaikan ibadah haji, maka dapat diisi dengan berbagai kegiatan positif,
sebagaimana yang dilakukan dalam perjalanan menunaikan ibadah haji, seperti
shalat berjamaah, memperbanyak melaksanakan ibadah-ibadah sunat, memperbanyak
membaca Al-Qur’an, dzikir dan salawat, serta memperbanyak ber-sadakah.
Firman Allah SWT.:
¨bÎ) no£Ïã Íqåk¶9$# yZÏã «!$# $oYøO$# u|³tã #\öky Îû É=»tFÅ2 «!$# tPöqt t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ßöF{$#ur !$pk÷]ÏB îpyèt/ör& ×Pããm 4 Ï9ºs ßûïÏe$!$# ãNÍhs)ø9$# 4 xsù (#qßJÎ=ôàs? £`ÍkÏù öNà6|¡àÿRr& 4 (#qè=ÏG»s%ur úüÅ2Îô³ßJø9$# Zp©ù!%x. $yJ2 öNä3tRqè=ÏG»s)ã Zp©ù!$2 4 (#þqßJn=÷æ$#ur ¨br& ©!$# yìtB tûüÉ)GãKø9$# ÇÌÏÈ
Artinya:
“Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram [*].
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri [**]
kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya
sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah
beserta orang-orang yang bertakwa.” Q.S. At-Taubah
(9): 36
[*] Maksudnya antara lain ialah: bulan haram (bulan Zulkaidah,
Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah haram (Mekah) dan ihram.
[**] Maksudnya janganlah kamu menganiaya dirimu dengan mengerjakan
perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan
mengadakan peperangan.
Hadits
Tentang Haji Mabrur
Predikat
haji mabrur seperti halnya pahala, hanya Allah swt.yang tahu. Tak ada
sertifikat tertulis yang dapat ditunjukkan sebagai bukti keberhasilan meraih
“haji mabrur” seperti secarik kertas ijazah pada lembaga-lembaga
pendidikan. Namun Informasi dari sumber-sumber agama Islam telah menyebut
beberapa indikator kemabruran ibadah haji seseorang.
Dalam sebuah
hadisnya Rasulullah Saw bersabada: “dari Jabir r.a., dari Nabi
Muhammad Saw berkata, “haji yang mabrur tiada balasannya kecuali
surga”. Lalu beliau ditanya, “apa tanda kemabrurannya ya Rasul?” Rasul
bersabda, “memberi makan orang yang kelaparan, dan tutur kata yang santun”. (HR. Ahmad dan Thabraniy, dan lainnya).
Imam Nawawi dalam kitabnya “al-Idhah fi Manasik al-hajj wal Umrah”
menegaskan: Haji yang mabrur adalah yang mengantarkan pelakunya kepada
perubahan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. (terutama
peningkatan ibadah).
Mengisi Tahun Baru Islam
Dalam mengisi tahun baru Islam ini, hendaknya dalam
keseharian kita diisi dengan perbuatan-perbuatan baik, karena perbuatan baik
apa saja yang kita lakukan, maka Allah SWT mengetahuinya, dan tentunya mendapat
ganjaran pahala dari Allah SWT., sebagai manifestasi dari ketakwaan kita kepada
Allah SWT., karena sebaik-baik bekal bagi kita untuk hari akhirat nantinya
adalah berbekal takwa.
Firman Allah SWT:
… $tBur (#qè=yèøÿs? ô`ÏB 9öyz çmôJn=÷èt ª!$# 3 (#rߨrts?ur cÎ*sù uöyz Ï#¨9$# 3uqø)G9$# 4 Èbqà)¨?$#ur Í<'ré'¯»t É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÐÈ
Artinya:
“…Dan apa saja
yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal.” Q.S. Al-Baqarah
(2): 197
Tahun baru Islam, yakni tahun hijriyah adalah merupakan titik awal
penanggalan kalender Islam yang mengambil momentum hijrahnya Nabi Muhammad SAW
dari Mekkah ke Madinah.
Sahabat Umar bin Khattab r.a. ketika menjabat sebagai khalifah
menetapkan sistem kalender Islam yang baru pertama kali diberlakukan untuk
seluruh dunia Islam.
Ketika di Madinah, meskipun umat Islam berkuasa, namun langkah awal yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah membangun kerukunan umat beragama,
dengan menciptakan dan memelihara kerukunan umat beragama, baik sesama umat
Islam antara kaum muhajirin (pendatang) dan kaum anshar (penduduk asli
madinah), maupun antara umat Islam (muslim) dengan non muslim dengan adanya
perjanjian damai dan hidup rukun, yang disebut Piagam Madinah.
Kondisi obyektif umat saat ini, kita lihat dalam pemberitaan-pemberitaan
betapa lemahnya kerukunan umat, dari keluarga, masyarakat dan umat beragama,
bahkan pada tingkatan elit, menunjukkan adanya ketidak rukunan, pertikaian,
perpecahan, yang pada akhirnya mengakibatkan bencana di mana-mana.
Alhamdulillah hal tersebut tidak terjadi di Banjarmasin khususnya dan Kalsel
pada umumnya.
Membina Persaudaraan Dengan Kerukunan Umat Beragama
Dalam pengertian dari segi bahasa, kata kerukunan
berasal dari kata rukun berasal dari bahasa Arab, ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar, misalnya
rukun Islam, asas Islam atau dasar agama Islam.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti rukun
adalah sebagai berikut:
- Rukun (n-nomina) :
(1) Sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan,
seperti : tidak sah sembahyang yang tidak cukup syarat dan rukunnya;
(2) asas, berarti : dasar, sendi : semuanya terlaksana
dengan baik, tidak menyimpang dari rukunnya; rukun Islam : tiang utama dalam
agama Islam, rukun iman : dasar kepercayaan dalam agama Islam.
2
Rukun (a-ajektiva) berarti:
(1)
baik dan damai. tidak bertentangan : kita hendaknya hidup
rukun dengan tetangga; (2)
(2)
bersatu hati, bersepakat : penduduk kampung itu rukun
sekali.
3
Merukunkan berarti
:
(1) mendamaikan;
(2) menjadikan
bersatu hati.
4
Kerukunan berarti:
(1)
Perihal hidup
rukun;
(2)
rasa rukun;
kesepakatan : kerukunan hidup bersama.
5
Kata rukun (n)
berarti perkumpulan yang berdasar tolong-menolong dan persahabatan; seperti:
·
rukun tani :
perkumpulan kaum tani;
·
rukun tetangga;
perkumpulan antara orang-orang yang bertetangga;
·
rukun warga atau
rukun kampung perkumpulan antara kampung-kampung yang berdekatan (bertetangga,
dalam suatu kelurahan atau desa).
Dengan demikian, Kerukunan Hidup Umat Beragama, berarti perihal hidup
rukun yaitu hidup dalam suasana baik dan damai, tidak bertengkar; bersatu hati
dan bersepakat antar umat yang berbeda-beda agamanya; atau antara umat dalam
satu agama.
Dalam terminologi yang digunakan oleh Pemerintah secara resmi, konsep
kerukunan hidup beragama mencakup 3 kerukunan. yaitu : kerukunan intern umat
beragama, kerukunan antar umat yang berbeda-beda agama, dan kerukunan antara
(pemuka) umat beragama dengan Pemerintah. Tiga kerukunan tersebut biasa disebut
dengan istilah "Tri Kerukunan ".
Oleh karena itu, saat ini kita rasakan pentingnya atau perlunya kita
menciptakan dan memelihara kondisi damai dan tenteram, dengan menciptakan dan
memelihara kerukunan umat beragama, yang harus diusahakan, dengan direncanakan
dan diprogramkan serta dilakukan dengan sungguh-sunggguh. Karena tuhan tidak
akan merubah suatu kaum, kecuali suatu kaum itu merubah kondisi dan keadaan
mereka menjadi lebih baik.
Allah SWT berfirman: dalam Al-Qur’an, Surah Ar-Ra’d
(13) Ayat 11:
… 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ …
ÇÊÊÈ
”... Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri”
Dengan demikian, kalau kita ingin tahun baru 1436 hijriyah ini kita dapat
berubah menjadi baik, maka harus diusahakan untuk terjadinya perubahan menjadi
baik. Jangan menyandarkan kelemahan kita kepada Tuhan.
Harapan kita tahun ini lebih baik dari tahun yang
lewat, dan tahun yang akan datang lebih baik dari tahun ini.
Dengan memperingati pergantian tahun baru Islam
ini, kita menginsafi pentingnya introspeksi diri, dengan menimbang-nimbang
kekurangan amal ibadah kita kepada Allah SWT (hablun minallah), pada tahun yang lalu, dan berniat untuk memperbaikinya
di tahun baru 1436 Hijriyah ini dan ditahun yang akan datang. Demikian pula,
kita melakukan introspeksi bagaimana amal ibadah kita dalam hubungan
persaudaraan dan kerukunan umat beragama (hablun
minannas) pada tahun lalu, dan berupaya untuk meningkatkan kepada yang
lebih baik pada tahun ini dan yang akan datang.
Sehingga anugerah dan karunia Allah SWT berupa usia
atau umur yang panjang, dapat diiringi
pula dengan peningkatan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.,
peningkatan amal ibadah kita serta persaudaraan dan kerukunan umat, baik umat
dalam intern sama agama, khususnya bagi umat Islam tercipta dan terpeliharanya
ukhuwah Islamiyah, maupun antar umat beragama, dan umat beragama dengan pemerintah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda;
Yang Artinya :
“Sebaik-baik
manusia adalah yang panjang umurnya serta baik amal perbuatannya”. (HR.Tirmidzi)
Inilah pentingnya, makna Tahun Baru Islam, kerukunan umat beragama,
sebagaimana sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa hijrahnya Nabi
SAW bersama para sahabat dari Mekkah ke Madinah, dengan membangun dan
menciptakan kerukunan bagi umat Islam (muslim) dan non muslim.
Oleh karena itu, tahun baru Islam, 1436 Hijriyah, bagi umat Islam adalah
tahun peningkatan iman dan takwa, dan sekaligus merupakan tahun peningkatan
ukhuwah Islamiyah, persaudaraan muslim, dan kerukunan umat beragama, agar
tercipta kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan, khususnya masyarakat
Indonesia yang multy cultural,
berbeda latar belakang ras, suku, golongan dan agama, meski mayoritas penduduk
Indonesia adalah beragama Islam.
Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan dalam pembahasan
tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan beberapa kesimpulan yaitu; didalam mengisi tahun baru hijriah ini selayaknya, kita sebagai muslim yang
taat, mengintrospeksi diri dengan semua apa-apa yang telah kita perbuat dan
memilih semua bentuk amalan yang baik untuk tetap kita pertahankan dan kita
tingkatkan porsi amalan yang baik untuk kita kerjakan, seperti memelihara dan
persaudaraan dan kerukunan umat beragama. Kemudian meninggalakan semua perbuatan yang tidak
bermanfaat, baik untuk diri kita ataupun orang sekitar kita.
Dan juga dapat kita ketahui bahwa terdapat beberapa
indakator haji mabrur itu, yaitu dengan ditandai Tumbuhnya kepedulian
sosial yang tinggi,Tutur kata yang santun. Peningkatan gairah beribadah
sekembalinya dari tanah suci.
Penutup
Akhir
kalam; Mohon maaf dan mohon ke-relaan-nya kepada semua pihak, atas hal-hal yang
kurang berkenan dan atas partispasinya dalam penerbitan media ini. Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni
semua dosa-dosa kita, kedua orang tua kita dan guru-guru kita serta menerima
semua amal ibadah kita. Amin. Terimakasih.
وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
REFERENCE
Kemenag RI, 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 8, Jakarta,
Kemenag RI., 2012, Tuntunan Praktis Manasik Haji dan
Umrah, Jakarta, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.
Kemenag RI., 2012, Do’a, Dzikir dan Tanya Jawab Manasik Haji
dan Umrah, Jakarta, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah.
Bukhari,
Imam, Pengarang Kitab Hadits Shahih, Ringkasan
hadts Shahih Imam.
Departemen Agama
RI (sekarang Kemenag), 2008, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, CV. Ferlia Citra Utama.
Departemen Agama
RI (sekarang Kemenag), 2007, Al-Qur’an
dan Tafsirnya, Jilid 4, Jakarta, Dirjen
Bimbingan masyarakat
Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah.
Tim, 2005, Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar
Baru Van Houve.
Tim, 2005, Ensiklopedi Al-Qur’an, Buku 1, Jakarta,
PT. Kharisma Ilmu.
http://www.jadipintar.com/2013/09/Pengertian-Haji-Mabrur-Ciri-Ciri-dan-Indikator-Orang-Yang-Mendapatkannya.html
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=952&Itemid=11