MENTAULADANI
KARAKTER ”SIDDIQ”
NABI
MUHAMMAD SAW
Jujur dan Benar Membawa Sukses
Oleh:
DR. KH. Ahmadi H. Syukran Nafis,
MM
Nabi Muhammad SAW selalu
memberikan penekanan pentingnya berperilaku jujur dan benar, serta
mencontohkannya dalam kehidupan beliau, baik sejak kecil dan sebelum diangkat
menjadi Rasul, maupun sampai beliau dewasa serta sampai beliau membawa risalah
dan berhasil membawa umat dari kegelapan kepada terang benderang.
Rasulullah SAW dalam
setiap langkah beliau tidak pernah berdusta, beliau jujur, dan menyampaikan
yang benar serta berprilaku benar. Sehingga dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW
mencapai kesuksesan, yang menjadikan nama beliau harum di mata dunia, tidak
saja bagi umat Islam, melainkan juga diakui oleh dunia, yaitu sebagai orang
yang menduduki rangking 1 dari 100 orang terkemuka dunia.
Oleh karena itu, bagi
kita umat Islam khususnya dengan mentauladani sifat siddiq, yakni jujur dan benar dari Nabi Muhammad SAW akan membawa
kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Betapa pentingnya
perilaku jujur dan benar ini, sehingga Allah SWT mengingatkan kepada
orang-orang yang beriman dan bertakwa, agar bersama orang-orang yang jujur dan
benar.
Firman Allah SWT.:
“Hai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar.” Q.S. At-Taubah ( 9 ) : 119
Dalam ayat ini Allah SWT
memberi bimbingan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya, yakni orang-orang yang
beriman, agar menjadi orang yang tetap dalam ketakwaan dan mengharap ridha-Nya,
dan hendaklah senantiasa bersama dengan orang-orang yang benar dan jujur,
mengikuti ketakwaan, kebenaran dan kejujuran mereka. Dan jangan bergabung
kepada kaum munafik, yang selalu menutupi kemunafikan mereka dengan kata-kata
dan perbuatan bohong, ditambah lagi dengan sumpah palsu dan alasan-alasan yang
tidak benar. (Kemenag, 2007, Al-Qur’an
dan Tafsirnya, Jilid 4, Jakarta, Dirjen Bimbingan masyarakat Islam,
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah)
Hal ini merupakan tindakan
preventif, yakni pencegahan secara dini agar tidak berperilaku tidak jujur, dan
tidak bertindak secara tidak benar. Dengan kata lain, agar beperilaku jujur dan
benar, dan dalam pergaulan supaya mencari teman orang-orang yang jujur dan
benar.
Kalau kita berteman dengan
orang-orang yang jujur dan benar; paling tidak kita akan mengikuti perilaku
mereka yang jujur dan benar. Bahkan, kalau kita akan melakukan hal-hal yang tidak
jujur atau tidak benar, mereka yang tergolong orang-orang yang jujur dan benar
tersebut, akan menegur dan mengarahkan kepada perbuatan yang benar.
Sebaliknya, kalau berteman
dengan orang yang tidak jujur, pendusta, atau tidak benar dalam tindakan dan perbuatannya,
maka sangat berbahaya bagi orang yang berteman dengannya atau menjadi orang
dekatnya, tentunya bisa menjadi orang pertama yang menjadi korban perbuatannya
yang tidak jujur, korban kebohongannya, korban dari tipu muslihatnya.
Dan yang berbahaya lagi,
orang baik yang menjadi temannya, bisa menjadi terfitnah atas perbuatan orang
yang tidak jujur, curang dan merugikan orang lain tersebut. Bahkan, bisa jadi,
menanggung resiko keuangan karena dianggap oleh orang yang menjadi korban
ketidak jujuran, kecurangan, penipuan atau tipu muslihatnya tersebut, sebagai
orang dekat yang memberikan jaminan atau kepercayaan kepadanya. Sehingga korban
tersebut, meminta ganti kerugian kepada temannya orang yang tidak jujur
tersebut.
Oleh karena itu, harus
dilakukan upaya-upaya untuk membiasakan karakter, prilaku, atau sifat yang
jujur dan benar bagi anak-anak, remaja dan muda-mudi kita, baik di lingkungan
keluarga maupun di lingkungan sekolah, madrasah dan pondok pesantren serta
masyarakat sekitar.
Sehingga ke depan akan
lahir generasi yang bersih, generasi yang jujur dan benar serta generasi yang
bebas korupsi, generasi yang berkualitas iman dan ketakwaan (imtak) seiring
dengan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang tinggi.
Bahkan bagi rakyat biasa pun,
jujur menjadi hal yang sangat penting diciptakan dan dibiasakan, termasuk pada
pedagang, pengusaha atau wiraswasta.
Janji
Allah SWT terhadap orang yang berkarakter ”siddiq”
Tentu
ada keistimewaan terhadap orang yang jujur dan benar ini, karenanya Nabi
Muhammd SAW menekankan sifat siddiq
dan mencontohkannya dalam perilaku, akhlak beliau. Bahkan sejak kecil dan sebelum diangkat menjadi Rasul,
beliau dalam kesehariannya menunjukkan
perilaku jujur dan benar ini, sehingga beliau dijuluki sebagai orang yang dapat
dipercaya, yakni ”al amin”.
Mendapat
Ampunan, Pahala yang Besar dan Surga
Allah SWT menjanjikan bagi
orang yang jujur dan benar akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar,
sebagaimana firman Allah SWT. sbb:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim
(ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya),
laki-laki dan perempuan yang mukmin (ialah orang yang membenarkan apa yang
harus dibenarkan dengan hatinya), laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.” Q.S. Al-Ahzab (33): 35
Dalam ayat ini Allah SWT
menunjukkan, bahwasanya, Allah SWT menyiapkan keampunan-Nya dan pahala yang
besar dari Allah SWT. untuk
mereka-mereka yang termasuk dalam klasifikasi, kriteria yang telah ditetapkan,
yaitu termasuk laki-laki dan perempuan yang
beperilaku atau bersifat siddiq,
yakni berkarakter jujur dan benar.
Menurut ahli tafsir Kemenag RI, 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 8, Jakarta, Dirjen
Bimbingan masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah pada ayat ini Allah SWT menjelaskan sifat-sifat
hambanya yang akan diampuni segala dosa dan kesalahannya serta dimasukkan ke
dalam surga. Sifat-sifat mereka ada 10 macam, sebagaimana
tercantum dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 35 tsb.
Dalam ayat yang lain, Allah
SWT memasukkan orang yang siddiq,
yakni jujur dan benar ke dalam kelompok orang-orang yang takwa yang dijanjikan
masuk surga dan ke-ridha-an Allah SWT, yang ditegaskan dalam Al-Qur’an Surah
Ali Imran (3) Ayat 17.
”(Yaitu)
orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya
(di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur (waktu sebelum fajar
menyingsing mendekati subuh.” Q.S. Ali Imran (3): 17
Jujur
Menimbulkan Ketenangan
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abu
Thalib r.a. berkata: ”Saya menghafal dari Rasulullah SAW: ”Tinggalkanlah apa
yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya
jujur itu menimbulkan ketenangan, dan dusta itu menimbulkan kebimbangan”.
Dengan demikian, apa yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW ini menjadi jelas betapa pentingnya
kejujuran dalam kehidupan ini, karena dengan kejujuran akan menimbulkan
ketenangan. Kalau kita hidup bisa tenang, maka akan terbuka kesempatan untuk
meraih kesuksesan dalam kehidupan di dunia ini. Dengan demikian, maka
berperilaku jujur dan benar akan membuka kesempatan untuk meraih kesuksesan di
dunia maupun di akhirat.
Upaya
mentauladani Sifat Siddiq Nabi Muhammad SAW.
Adapun bagaimana caranya
kita mentauladani sifat siddiq dari
Nabi Muhammad SAW adalah;
· Pertama, dengan cara
mengikuti petunjuk dari Al-Qur’an, yakni mengikuti kebenarannya menurut
ketentuan Allah SWT (kebenaran kepada Allah SWT)
· Kedua, dengan cara
mengikuti Sunnah (hadits Nabi Muhammad SAW), dan mentauladani perilaku Nabi
Muhammad SAW., sebagaimana yang disampaikan oleh para sahabat dan para ulama
serta guru-guru agama, ustadz-ustadzah, baik secara lisan maupun
tulisan-tulisan.
· Ketiga, dengan cara
berprilaku jujur atas kemauan sendiri, atas kesadaran dan keikhlasan karena
manfaat jujur itu adalah lebih baik untuk dirinya dan mereka yang berada di
sekitarnya.
Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni
semua dosa-dosa kita, dosa kedua orang tua kita, dosa guru-guru kita, dosa
isteri/ suami, anak-anak dan cucu-cucu kita, serta menerima semua amal ibadah
kita serta memasukkan kita bersama keluarga ke dalam surga dengan tanpa hisab
dan memberikan Rahmat dan Ridha-Nya. Amin.
“Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku
secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar
dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”.
Q,S, Al-Isra (17): 80
Jujur dan Benar Membawa Sukses
Dengan
berperilaku benar ( siddiq ), maka
dampak dan manfaatnya akan dapat dirasakan dalam kehidupan ini, baik bagi
dirinya maupun orang lain. Karenanya sangat penting menbiasakan sejak dini
sifat siddiq, yakni berperilaku jujur
dan benar dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
beragama.
Firman Allah SWT:
“… Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap
Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” Q.S. Muhammad (47):
21
Oleh karena itu, dapat
disimpulkan, bahwasanya, bagi kita umat Islam mentauladani sifat siddiq dari Nabi Muhammad SAW sangat
penting, dengan membiasakan sejak dini perilaku jujur dan benar, baik bagi diri
kita sendiri maupun juga bagi keluarga dan anak-anak, remaja serta muda-mudi
kita pada umumnya sebagai generasi penerus yang nantinya akan menjadi pemimpin
di masa mendatang, sebagai pemimpin bagi diri sendiri dan pemimpin umat, baik
di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan karakter; budi
pekerti dan akhlak yang mulia, yang salah satunya sebagaimana sifat siddiq Nabi Muhammad SAW., akan membawa
kesuksesan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
Di dunia, terbukti dunia
kerja dalam bidang apa saja lebih mementingkan sumber daya manusia yang jujur
dan benar. Dan di akhirat, orang jujur dan benar mendapat tempat terhormat,
yakni keampunan dan pahala yang besar serta dimasukkan ke dalam surga.
Karenanya kita perlu menyiapkan generasi, yang
berkarakter, yakni berbudi pekerti baik dan berakhlak mulia, dengan
ketauladanan sifat siddiq Nabi Muhammad SAW, dengan mempersiapkan generasi yang
jujur dan benar.
Pesan Rasulullah SAW:
Shalat, Jujur, Pemaaf,
Silaturrahmi
Rasulullah SAW memberikan
penekanan untuk berperilaku jujur kepada para sahabat, sebagaimana dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sbb.:
Dari Abu Sufyan Shakhr bin
Harb. r.a. di dalam hadits yang panjang tentang cerita Heraklius, dimana
Heraklius bertanya: ”Apa saja yang diperintahkan oleh Nabi SAW kepada kamu?”
Abu Sufyan berkata: ”Nabi SAW bersabda: ”Sembahlah lah Allah Dzat Yang Maha Esa
dan jangan kamu menyekutukan apapun dengan-Nya, tinggalkanlah ajaran-ajaran
nenek moyangmu, serta beliau menyuruh kami untuk melaksanakan shalat, jujur,
pemaaf dan menghubungkan sanak kerabat”. (Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim, sebagaimana juga dikemukakan oleh Imam Abu Zakaria, Yahya bin
Syaraf An-Nawawy dalam Kitab Riyadush
Sholikhin, Jilid 1, bab tentang Jujur, hadits No. 3).
Jujur dan berterus terang,
Penjual dan Pembeli
Mendapat Berkah
Dalam sebuah hadits shahih
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sbb.;
Dari Abu Khalid Hakim bin
Hizam r.a (ia masuk Islam sewaktu penaklukan Mekkah, sedangkan ayahnya termasuk
tokoh Quraisy baik pada zaman jahiliyah maupun setelah masuk Islam), ia
berkata: Rasulullah SAW. bersabda: ”dua orang yang berjual beli itu
haruslah bebas memilih sebelum mereka
berpisah. Apabila keduanya jujur dan berterus terang di dalam berjual beli itu,
maka keduanya akan mendapatkan berkah, tetapi keduanya mnyembunyikan dan dusta
maka jual belinya itu tidak akan membawa keberkahan”. (Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim, sebagaimana juga dikemukakan oleh Imam Abu Zakaria, Yahya bin
Syaraf An-Nawawy dalam Kitab Riyadush
Sholikhin, Jilid 1, bab tentang Jujur, hadits No.6).
Pentingnya Belajar Ilmu Tauhid
“Sifat Dua Puluh" (Bagian: 1)
Pada pembahasan ini, kita membicarakan tentang pentingnya umat Islam
belajar Tauhid “Sifat Dua Puluh bagi Allah SWT”, sebagai ilmu dasar dalam agama
Islam yang wajib kita ketahui, yang wajib kita pelajari, bahkan diusahakan
untuk dihafalkan.
Untuk lebih memantapkan keimanan kepada Allah SWT., maka mempelajari
Ilmu Tauhid “Sifat Dua Puluh bagi Allah SWT” adalah sangat penting atas setiap
umat Islam, agar dapat mengenal Allah SWT., dengan mengenal sifat-sifat-Nya
yang wajib. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW. sbb:
Rasulullah SAW
bersabda : “Awwalud diini
ma’rifatullaahi.”
Artinya:
“Permulaan agama itu adalah mengenal Allah SWT.”
Dengan mempelajari Ilmu Tauhid Sifat Dua Puluh bagi Allah SWT maka kita
akan dapat mengenal Allah SWT., dengan mengenal sifat-sifat-Nya, sehingga dapat
membentengi diri umat Islam dari segala macam bentuk perbuatan syirik atau
menganggap ada Tuhan selain Allah SWT, atau bahkan menganggap tuhan tidak ada.
Maka paham-paham seperti itu jelas salah, kalau ada aliran-aliran
seperti itu jelas tidak benar, dan harus ditentang oleh umat Islam. Karena
bertentangan dengan sifat wajib bagi Allah SWT.
Dalam Ilmu Tauhid Sifat Dua Puluh bagi Allah SWT bahwa, sifat wajib
Tuhan Allah SWT adalah ada (wujud), mustahil Tuhan Allah tidak ada.
Demikian pula, sifat wajib bagi Tuhan Allah SWT adalah esa
(wahdaaniyat), maka mustahil Tuhan Allah SWT berbilang-bilang (ta’addud), dan
mustahil ada tuhan lain selain Tuhan Allah SWT.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita untuk
memantapkan tauhid kepada Allah SWT, yakni mengesakan Allah SWT. Keesaan dzat
Allah SWT ditegaskan dalam sifat ketuhanan, Tidak Ada tuhan selain Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT.:
“
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur…”
Q.S. Al-Baqarah (2): 255 (Ayat Kursi)
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
REFERENCE
Bukhari, Imam,
Pengarang Kitab Hadits Shahih, Ringkasan
hadts Shahih Imam
Departemen Agama RI (sekarang Kemenag), 2008, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Ferlia
Citra Utama
Departemen Agama RI (sekarang Kemenag), 2007,
Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 4,
Jakarta, Dirjen Bimbingan masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah
Kemenag
RI, 2012, Al-Qur’an dan Tafsirnya,
Jilid 8, Jakarta, Dirjen Bimbingan masyarakat Islam, Direktorat
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah
Tim, 2005, Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar
Baru Van Houve
Tim, 2005, Ensiklopedi Al-Qur’an, Buku 1, Jakarta,
PT. Kharisma Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar